Bisnis.com, NEW DELHI—Inflasi harga konsumen India pada Februari turun untuk bulan ketiga secara berturut-turut, sementara hasil produksi pabrik pada Januari secara tak terduga naik.
Menurut Departemen Statistik India, indeks harga konsumen (CPI) naik 8,1% dibandingkan tahun sebelumnya, namun menurun jika dibandingkan dengan 8,79% pada Januari. Sementara itu, berdasarkan laporan lain, produksi industri pada Januari meningkat 0,1%.
Perdana Menteri Manmohan Singh dari Partai Kongres sedang menuju kinerja terburuk yang pernah dialaminya sebelum pemilu pada 7 April, karena harga meningkat, perlambatan pertumbuhan dan menurut jajak pendapat, serangkaian skandal korupsi telah mengikis dukungan kepadanya.
Sebelumnya Gubernur bank sentral India (Reserve Bank of India/RBI) Raghuram Rajan telah menaikkan suku bunga sebanyak tiga kali sebagai upaya otoritas untuk menggeser beban CPI ke dalam jangkauan kebijakan moneter.
“Inflasi masih tinggi, tetapi, mengingat jenis tingkat yang telah kita lihat di masa lalu, setidaknya tren penurunan adalah sesuatu yang dapat diambil sebagai hal positif,” kata Subhada Rao, Kepala Ekonom Yes Bank Ltd. di Mumbai, pada Kamis (13/3/2014).
Mata uang India yang secara total turun sekitar 11% terhadap dolar dalam satu tahun terakhir, pada Rabu (12/3) kembali mengalami pelemahan sebesar 0,4% menjadi 61,22 per dolar di Mumbai. Sementara itu, indeks S&P BSE Sensex naik 0,1%.
Hal produksi pabrik pada Januari naik untuk pertama kalinya dalam 4 bulan. Sebuah hal yang positif jika dibandingkan dengan rata-rata perkiraan 46 analis dalam survey Bloomberg yang memprediksi kontraksi sebesar 0,9%.
Rajan sebelumnya mengatakan meredam inflasi sangat penting untuk mencapai pertumbuhan yang lebih cepat untuk jangka panjang. Namun begitu, secara tiba-tiba pada 28 Januari, Rajan menaikkan tarif repo hingga 8% dari 7,75%, dan menjadikan India sama seperti negara-negara lain dari Turki hingga Brazil yang menaikkan suku bunga karena the Fed mengurangi stimulus moneter.