Bisnis.com, DENPASAR -- Dalam waktu tak lama lagi kebutuhan listrik di Bali bisa dipasok oleh pembangkit listrik tenaga gas di wilayah itu.
PT Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan Bali menargetkan pembangkit listrik tenaga gas di Pulau Dewata bisa beroperasi awal 2015.
Anak usaha PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) itu meminta Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memberi alokasi gas sebagai suplai bahan bakar PLTG Bali ke depan.
General Manager Indonesia Power Bali Igan Subawa Putra menyampaikan mesin pembangkit yang ada saat ini sudah didesain siap menggunakan bahan bakar gas.
Hanya saja, lanjut Igan, masih ada sejumlah hal yang perlu disiapkan, seperti pasokan gas, pendistribusian gas alam cair atau liquefied natural gas (LNG), dan terminal penerimaan LNG untuk diubah kembali menjadi gas.
“Sebenarnya mesin pembangkit kami sudah siap. Pasokan gasnya yang belum ada, mudah-mudahan kami harapkan tahun depan bisa,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu(12/3/2014).
Persoalannya, sulit memastikan adanya pasokan gas dalam jumlah besar dan berkelanjutan paling tidak dalam jangka waktu 20 tahun.
Rencananya, pasokan gas akan berupaya dikirim dari Bontang, Kalimantan.
Sementara itu, masterplan pengiriman akan berada di kawasan Pelindo, Pelabuhan Benoa.
Saat ini, anak usaha Indonesia Power, PT Pertadaya Gas sedang memproses pembangunan terminal penerimaan gas dan pipa distribusi ke pembangkit listrik.
Pembangunan infrastruktur, sambung dia, diperkirakan menghabiskan waktu 1 tahun, paling tidak sampai awal 2015.
Humas PLN Bali I Wayan Redika menambahkan perusahaan terkait sudah mengajukan permohonan kepada Wali Kota Denpasar terkait izin analisis dampak lingkungan (Amdal).
Setelah terminal penerimaan gas selesai, Indonesia Power juga akan segera mengajukan izin revisi Amdal karena adanya perubahan penggunaan bahan bakar dari BBM ke gas.
Menurut dia, perubahan bahan bakar pembangkit listrik dari minyak menjadi gas bisa menekan biaya produksi hingga separuhnya.
Digambarkan, biaya membeli 1 liter minyak tercatat Rp3.000 per liter. Jika menggunakan gas, hanya setara Rp1.500 per liter.
Pemeliharaannya juga lebih mudah dan lebih tahan lama
Sebelumnya, Kementerian ESDM meminta PLN mempercepat pembangunan pembangkit listrik tenaga gas di Bali.
Wakil Menteri ESDM Susilo Siswoutomo berharap tarif listrik di Bali tidak akan mendapat subsidi lagi sama seperti Batam.
PLN di Bali diimbau segera mengadopsi kegiatan yang telah dilakukan oleh PLN Batam.
Batam ditargetkan lepas dari penggunaan BBM sebagai bahan bakar karena 70% pembangkit listrik di daerah tersebut menggunakan PLTG dan 30% sisanya menggunakan PLTU.
Selain itu, Batam juga ditunjang pembangunan infrastruktur gas untuk pengaliran gas dari Natuna ke wilayah tersebut.