Bisnis.com, TOKYO—Bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) mempertahankan pelonggaran kebijakan moneter sebagai usaha menjaga amunisi, karena pajak penjualan akan naik pada April dan dapat memicu kontraksi terdalam sejak gempa bumi yang terjadi pada Maret 2011.
BoJ mengatakan dalam pernyataan resmi pada Selasa (11/3/2014), akan mempertahankan janjinya untuk memperluas basis moneter dengan kecepatan 60 triliun yen hingga 70 triliun yen atau setara dengan US$677 miliar per tahun.
Keputusan bank sentral sejalan dengan semua kecuali satu perkiraan dalam jajak pendapat Bloomberg News kepada 34 ekonom. Satu perkiraan itu memprediksi BoJ akan menambah pemberian stimulus.
Gubernur BoJ Haruhiko Kuroda diprediksi masih menghadapi kendala besar dalam upaya membangkitkan inflasi 2%, karena kenaikan retribusi penjualan yang pertama dalam 17 tahun ini dapat menekan pengeluaran sektor bisnis dan rumah tangga.
Sebanyak 73% ekonom yang disurvei oleh Bloomberg memperkirakan BoJ akan menambah pelonggaran kebijakan moneter pada akhir September untuk mendukung perekonomian negara dengan ekonomi terbesar ketiga di dunia itu.
“BoJ harus siap untuk bertindak. Penanganan Kuroda tentang kebijakan moneter akan diuji, karena Dia tidak ingin terlihat pasif dengan bergerak lambat,” kata Kazuhiko Ogata, Kepala Ekonom Credit Agricole SA di Jepang.
Dewan gubernur dalam keputusannya ini mungkin mempertimbangkan kekuatan dalam produksi industri, permintaan tenaga kerja dan pengeluaran konsumen yang terus mendukung pandangan bahwa ekonomi akan bertahan melanjutkan pemulihan dan target inflasi 2% akan dicapai dalam 12 bulan ke depan atau lebih.