Bisnis.com, TOKYO—Penguatan ekonomi Jepang pada kuartal IV lebih rendah dari yang diperkirakan, dan defisit transaksi berjalan pada Januari melebar menyentuh rekor.
Menurut Kantor Kabinet Jepang pada Senin (10/3/2014) di Tokyo, produk domestik bruto secara tahunan tumbuh 0,7% dari kuartal sebelumnya. Sementara defisit transaksi berjalan melebar menjadi 1,59 triliun yen atau setara dengan US$15,4 miliar, dan menurut Kementerian Keuangan defisit ini seperti pada 1985.
Sementara itu, sebelum pajak penjualan naik pada bulan depan, maka pertumbuhan diupayakan meningkat pada kuartal ini. Perdana Menteri Sinzo Abe diharapkan dapat mengarahkan bangsa untuk melewati kontraksi yang diproyeksikan terjadi pada periode April-Juni.
Perdana menteri diharapkan menjelaskan langkah-langkah pertumbuhan dengan rinci pada Juni, sementara para ekonom memperkirakan bank sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) akan menambah pelonggaran yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk menjaga perekonomian tetap berada pada jalur mencapai target inflasi 2%.
“Belanja modal masih lemah dan ekspor belum kembali untuk memperkuat pemulihan, dan tanpa dukungan di sektor-sektor ini, ekonomi Jepang akan berkontraksi secara signifikan pada kuartal kedua,” kata Yoshimasa Maruyama, Kepala Ekonom Itochu Corp. di Tokyo.
Menurut Yoshimasa, efek negatif dari kenaikan pajak penjualan dapat lebih buruk dari yang diperkirakan oleh BoJ dan pemerintah.
Data juga menunjukkan investasi bisnis naik 0,8% dari kuartal sebelumnya. Data ini direvisi turun dari kenaikan awal yakni 1,3%. Sementara itu belanja konsumen naik 0,4% atau lebih rendah dari perkiraan awal yakni 0,5%.