Bisnis.com, BEIJING—Penetapan target pertumbuhan ekonomi China pada 2014 menimbulkan spekulasi bahwa para pemimpin negara akan mengizinkan peningkatan utang yang telah menggunung senilai US$21 triliun.
Perdana Menteri Li Keqiang mengumumkan tujuan pertumbuhan 2014 adalah 7,5% atau sama seperti target pada tahun lalu dan mengatakan China akan mencari waktu yang tepat untuk peningkatan kredit.
Menanggapi pengumuman itu, Australia & New Zealand Banking Group Ltd. dan Nomura Holdings Inc. menganalisa bahwa pemerintah akan melakukan pelonggaran kebijakan moneter.
Menurut mereka, setiap kebijakan pelonggaran akan kontras dengan upaya para pemimpin dalam mengendalikan industri shadow banking senilai US$6 triliun dan mengontrol penumpukan utang pemerintah lokal yang muncul seiring dengan tindakan pelepasan stimulus pada 2008.
“Sebelumnya saya berharap bahwa mereka akan lebih memperhatikan pembatasan risiko, tetapi justru sebaliknya, mereka fokus pada pertumbuhan,” kata Dariusz Kowalczyk, Ekonom Credit Agricole SA di Hong Kong.
Menurutnya, dengan target itu pemerintah akan membayar harga leverage lebih tinggi dan setelah pemerintah mulai sepakat untuk serius menangani isu ini, biaya pemecahan masalah akan menjadi lebih besar.
Sementara itu, Menteri Keuangan China Lou Jiwei meyakini pertumbuhan terendah sebesar 7,2% akan tercapai pada tahun ini. Pertumbuhan di kisaran 7,2%-7,3% menurutnya akan sesuai dengan tujuan pertumbuhan yang telah di umumkan.
“Kuncinya adalah pekerjaan, bukan tingkat yang tepat dari pertumbuhan,” katanya dalam jumpa pers di Beijing, pada Kamis (6/3/2014).
Saham China jatuh setelah komentar itu mendorong spekulasi bahwa negara mungkin gagal untuk melebihi target tahunan pemerintah untuk pertama kalinya sejak tahun 1998 ketika Asia sedang bergulat dengan krisis keuangan.