Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bank Sentral Eropa (ECB) Tidak Ingin Seperi Bank of Japan

Ekonom Barclays Plc, Morgan Stanley dan JPMorgan Chase & Co. prihatin bahwa presiden bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) Mario Draghi berisiko membuat kesalahan yang sama seperti Bank of Japan dengan bermain secara terbuka menghadapi ancaman deflasi.
Ilustrasi/Bisnis.com
Ilustrasi/Bisnis.com

Bisnis.com, LONDON - Ekonom Barclays Plc, Morgan Stanley dan JPMorgan Chase & Co. prihatin bahwa presiden bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) Mario Draghi berisiko membuat kesalahan yang sama seperti Bank of Japan dengan bermain secara terbuka menghadapi ancaman deflasi.

“Saat ini tidak ada alasan untuk mengira bahwa secara keseluruhan harga akan turun tajam dan menekan deflasi pada seluruh ekonomi,” tulis para pembuat kebijakan bank sentral Jepang (BoJ) dalam laporan bulanan yang ditandatangani oleh gubernur.

Gubernur saat itu Yasuo Matsushita dan laporan itu dipublikasikan pada Januari 1998. Dalam waktu 6 bulan setelahnya harga konsumen Jepang tidak termasuk makanan mulai jatuh dalam tren yang akan berlangsung untuk 15 tahun mendatang.

“Risiko dari Japanification pada kawasan euro telah tinggi dan meningkat,” kata Joachim Fels, Kepala Ekonom Internasional Morgan Stanley di London, pada Rabu (5/3/2014). Menurutnya, saat itu deflasi tidak terlacak oleh Jepang dengan baik.

Di antara serangkaian kesamaan antara periode 1990-an Jepang dan era modern Eropa saat ini di antaranya adalah ekspansi ekonomi lemah setelah serangkaian guncangan, keengganan bank untuk memberi pinjaman, nilai tukar yang naik dan sikap kebijakan moneter yang diperdebatkan.

“Hingga terlambat, bank sentral Jepang tidak berpikir bahwa jepang akan dijerat oleh deflasi. ECB masih tidak boleh berpuas diri, Eropa beruntung mendapatkan studi kasus dari Jepang,” kata Kenji Yumoto, Wakil Ketua Japan Research Institute Ltd. dan sebagai penasihat ekonomi pemerintah di akhir 1990-an.

Menurut analisa Societe Generale SA, penurunan harga yang meluas melewati 18 negara di zona euro dapat mendorong para investor ke dalam obligasi pemerintah dan menjauh dari euro karena ECB memulai pembelian aset, dan kemungkinan hal ini terjadi sebesar 15%.

Sementara itu, analisis Morgan Stanley mengatakan investor ekuitas akan mengabaikan kemungkinan deflasi. Sebuah pengembalian keadaan dalam pertumbuhan dapat mendorong investor membeli saham yang dianggap tangguh karena utang yang rendah atau berhubungan dengan negara-negara di luar Eropa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Sepudin Zuhri
Sumber : Bloomberg

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper