Bisnis.com, JAKARTA—Isu defisit neraca perdagangan pada Januari 2014 hingga US$430,6 menjadi sorotan utama berbagai media nasional hari ini, Selasa (4/3/2014), selain tingginya minat masyarakat untuk berinvestasi pada sektor sukuk negara ritel dan sentimen pasar yang tetap positif tetap positif .
Berikut ini ringkasan berita-berita utama media Ibu Kota:
Defisit Perdagangan Dikelola
Neraca perdagangan pada Januari 2014 mengalami defisit US$430,6 juta karena faktor impor minyak dan program penghiliran mineral. Selama pemerintah bisa memaksimalkan potensi industri berbasis bahan baku lokal, defisit perdagangan ini masih bisa dikelola (KOMPAS).
Orang Kaya Jakarta Borong Sukuk Ritel
Tingginya minat masyarakat untuk berinvestasi pada sektor yang dinilai aman membuat penawaran sukuk negara ritel seri SR0-006 laku keras. Hanya dalam dua pekan masa penawaran SR-006, pemesanan yang masuk mencapai Rp19,35 triliun. Dari jumlah itu pemerintah menyedot Rp19,32 triliun (KONTAN).
Perdagangan Defisit, Rupiah Menguat
Setelah tiga bulan berturut-turut—Oktober, November, Desember 2013—surplus, neraca perdagangan Indonesia kembali defisit pada Januari 2014 sebesar US$430,6 juta. Namun, sentimen pasar tetap positif seperti terlihat pada penguatan rupiah terhadap dolar AS. Dalam pada itu, Bank Indonesia optimistis neraca perdagangan kembali surplus dalam kuartal I tahun ini (INVESTOR DAILY).