Bisnis.com, JAKARTA—Pemulihan ekonomi yang tidak stabil di Asia-Pasifik mengharuskan anggota APEC segera melaksanakan reformasi struktural, meskipun sedang mengalami penguatan produksi industri dan perkiraan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.
International Monetary Fund (IMF), Organization for Economic Co-operation and Development, dan ekonom APEC meyakini meskipun tren ekonomi terus membaik, masalah-masalah tradisional yang dihadapi akan terus mengganggu.
“Ekspor akan menjadi mesin tradisional bagi pertumbuhan ekonomi di kawasan APEC,” kata Alan Bollard, Direktur Eksekutif Sekretariat Apec dalam keterangan resmi, Selasa (25/2/2014).
Menurut Bollard, pertumbuhan yang lambat pada sektor ekspor di beberapa tahun terakhir secara signifikan telah mengurangi laju pemulihan ekonomi di kawasan APEC.
Dia mengatakan perubahan komposisi ekspor, rantai pasokan, permintaan dari masyarakat berpenghasilan menengah dan pertumbuhan jasa akan mengubah arus perdagangan dalam APEC. Menurutnya, ke depan permintaan domestik akan menjadi pendorong utama bagi pertumbuhan ekonomi di banyak negara kawasan.
Bollard juga menjelaskan masih terdapat risiko penurunan pertumbuhan termasuk kemungkinan realokasi portofolio, investasi yang rendah dan gangguan keuangan yang berasal faktor normalisasi kebijakan moneter di beberapa negara maju.
Saat ini, tutur Bollard, negara kawasan APEC memerlukan ekonomi yang tumbuh dengan cepat. Oleh karena itu, ketika negara di kawasan ini mengalami pertumbuhan yang kritis, dibutuhkan restrukturisasi ekonomi guna meningkatkan pemulihan.