Bisnis.com, BANGKOK—Thailand yang merupakan salah satu eksportir beras terbesar di dunia kekurangan dana 110 miliar baht untuk membeli hasil panen petani dengan harga di atas pasar. Program yang lahir dari Perdana Menteri Yingluck ini telah berjalan sejak 2011.
Perdana menteri menghadapi tuduhan bahwa dirinya lalai dalam mengawasi subsidi, dan hal ini dapat menyebabkan impeachment. Utang rumah tangga meningkat terhadap produk domestik bruto, menjadi yang tertinggi di Asia Tenggara setelah Malaysia.
“Keterlambatan pembayaran kepada petani padi secara signifikan memperburuk situasi utang rumah tangga,” kata Voravan Tarapoom, CEO BBL Asset Management Co. di Bangkok pada Senin (24/2/2014).
Data bank sentral Thailand menunjukkan, utang rumah tangga terhadap rasio PDB naik menyentuh rekor tertingi sebesar 80,1% pada kuartal ketiga 2013 jika dibandingkan dengan 55,6% pada 2008.
Menurut juru bicara bank sentral, pembayaran yang tertunda dapat menambah risiko utang, dan rasio mungkin akan menjadi lebih tinggi pada kuartal keempat dan awal 2014 karena pertumbuhan kredit konsumsi nampak lebih cepat dari laju pertumbuhan ekonomi negara.
Menurut Hak Bin Chua, Ekonom Bank of America Merrill Lynch di Singapura, rasio utang rumah tangga Thailand terhadap PDB mengikuti jejak Malaysia, dan telah meningkat pada laju tercepat di Asia Tenggara dalam 6 tahun terakhir sejak krisis keuangan global.
Chua memperkirakan Malaysia memiliki rasio utang terhadap PDB sebesar 86%, Singapura 77% dan Indonesia hanya 17%.