Bisnis.com, JAKARTA -- Erupsi Gunung Kelud di Kabupaten Kediri, Jawa Timur, berdampak buruk bagi perusahaan angkutan darat di Jawa Tengah dan Yogyakarta.
Perusahaan-perusahaan angkutan darat, khususnya di Provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami penurunan pendapatan drastis akibat erupsi Gunung Kelud.
Karsidi Budi Anggoro, Ketua DPD Organda DPD Jawa Tengah, mengatakan perusahaan angkutan darat di tujuh kabupaten antara lain Solo, Sragen, Boyolali, Klaten dan Sukoharjo mengalami dampak cukup signifikan akibat erupsi Gunung Kelud.
Dia menerangkan, para pengusaha angkutan darat di daerah itu mengalami potensi kehilangan pendapatan hingga Rp7 miliar.
"Potensi kehilangan pendapatan masih saya koordinasikan sama teman-teman di kabupaten. Tapi hitungan kasarnya bisa mencapai Rp7 miliar lah," ujar Karsidi, Selasa (18/2/2014).
Dia mengatakan potensi kerugian itu lantaran kebanyakan masyarakat menghentikan aktivitasnya di luar rumah.
Akibatnya, kursi-kursi penumpang pada angkutan darat banyak yang tidak terisi.
Melihat itu, para pengusaha juga banyak yang menghentikan operasional armada di hari pertama dan kedua hujan abu vulkanik Gunung Kelud pada Jumat (14/2) dan Sabtu (15/2).
Penghentian operasi itu juga dilakukan untuk menjaga kondisi mesin angkutan agar tetap bersih mengingat tebalnya debu yang ada di jalan.
"Kecuali angkutan jarak jauh, seperti Jakarta-Solo itu operasi seperti biasa," ujar Karsidi.
Dia mengatakan, sampai saat ini pihaknya juga belum mendapatkan informasi kerusakan armada angkutan darat yang disebabkan hujan abu vulkanik Gunung Kelud.
Sebenarnya, sambung dia, para sopir sudah mengantisipasi hal itu dengan tidak mengoperasikan armadanya.
"Kan tadi mereka berhenti operasi. Sementara ini belum ada kerusakan angkutan di darat," ucap Karsidi.
Hal yang sama juga diungkapkan Ketua DPD Organda Yogyakarta Agus Andriantoro.
Menurut Agus, jumlah penumpang pasca-erupsi Gunung Kelud merosot tajam hampir mencapai 50 persen dari kondisi normal.
Hal itu, kata dia, disebabkan belum banyaknya warga yang ingin bepergian keluar rumah.
Terlebih pada hari pertama pascaletusan Kelud dan hujan abu vulkanik di daerah itu.
Saat itu angkutan darat segala skala menghentikan operasinya karena jarak pandang sangat pendek dan sangat membahayakan.
"Kalau omset turun hampir 50 persen dari biasanya. Bahkan, pada hari pertama, angkutan tidak operasi sama sekali," ujar Agus.
Sementara itu, Sekjen Organda Andriansyah mengatakan potensi kehilangan pendapatan perusahaan angkutan darat didominiasi oleh penurunan ritase dan penurunan jumlah penumpang.
Dia menuturkan, saat ini operasional angkutan darat di daerah-daerah terdampak erupsi Kelud sudah berangsur pulih dan membaik meski belum berjalan optimal seperti biasanya. (Bisnis.com)