Bisnis.com, SINGAPURA—Bank sentral Australia memberi isyarat bahwa keberhasilan dalam melemahkan nilai tukar mata uang akan memacu inflasi serta menambah tekanan untuk memperkuat kinerja obligasi yang masuk dalam kategori terburuk di dunia.
Menurut European Federation of Financial Analysts Societies dan Bloomberg, lonjakan yield sejak 4 Februari terkikis kembali selama 6 bulan terakhir menjadi 1,2%, sementara indeks utang jatuh tempo lebih dari 1 tahun menunjukkan kenaikan terkecil dari 22 pasar ekonomi maju.
Bank sentral Australia (Reserve Bank of Australia/RBA) mengatakan tingkat inflasi dapat mencapai level tertinggi dalam 2 tahun sebesar 3,25%. Sebelumnya Asisten Gubernur Christopher Kent mengatakan percepatan pertumbuhan ekonomi dapat mendorong kenaikan biaya.
“Pengetatan tampaknya lebih tepat daripada pelonggaran,” Park Sungjin, Kepala Manajemen Aset Meritz Securities Co. di Seoul yang mengawasi US$7 miliar pada Senin (17/2/2014).
Jika RBA benar, imbal hasil riil obligasi Australia setelah memperhitungkan kenaikan harga konsumen akan lebih sedikit daripada yang didapatkan investor dari Treasuries. Para pembuat kebijakan menaikkan perkiraan ekonomi setelah mata uang melemah 14% pada 2013 dan harga perumahan naik menyentuh rekor.
RBA lebih condong memilih pelonggaran dalam pertemuan kebijakan pada 4 Februari dan mengatakan inflasi pada kuartal terakhir lebih kuat dari yang diharapkan, mungkin karena dampak lemahnya nilai tukar yang berjalan lebih cepat dari yang diantisipasi. (Bloomberg)