Bisnis.com, HONG KONG—Tingkat inflasi China pada Januari relatif stabil, sementara harga pabrik memperluas penurunan terpanjang sejak 1990-an. Hal ini menandakan tingkat permintaan berjalan moderat bagi negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia.
Menurut Biro Statistik Nasional pada Jumat (14/2/2014) di Beijing, indeks harga konsumen naik menjadi 2,5% dibandingkan tahun sebelumnya. Kenaikan ini merupakan kecepatan yang sama seperti pada Desember. Sementara itu, Indeks harga produsen turun 1,6%.
Data ekonomi China pada Januari dan Februari terdistorsi dengan pergeseran waktu libur tahun baru Imlek sepekan penuh, yang dimulai kembali pada 31 Januari tahun ini. Laporan ini dapat memberi lebih banyak ruang bagi para pemimpin China untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang sedang melambat.
Partai Komunis yang berkuasa sedang mencoba untuk menyeimbangkan pengeluaran yang boros dari para pejabat serta mengekang ledakan kredit. Perdana Menteri Li Keqiang mempertahankan ekspansi di atas 7% atau sebagai garis bawah untuk mempertahankan lapangan kerja.
Sementara itu, Credit Suisse Group AG awal pekan ini memangkas estimasi inflasi harga konsumen pada Januari menjadi 2,2% dari 3%, dengan pertimbangan penjualan ritel yang menurun selama masa liburan dan konsumsi daging yang rendah akibat wabah flu burung yang kembali melanda.
Credit Suisse juga menurunkan proyeksi inflasi tahunan dari 4% menjadi 3%. “Bank sentral nampaknya terus mengatur agar tetap rendah dan memperhatikan kenaikan inflasi”, kata kepala ekonom Credit Suisse Dong Tao di Hong Kong.
