Bisnis.com, HONG KONG - Ekspor China pada Januari melampaui perkiraan, sedangkan pertumbuhan impor di luar dugaan mengalami percepatan.
Hal ini berlawanan dengan tanda-tanda ekonomi terbesar kedua di dunia sedang kehilangan momentum di tengah upaya menjinakkan kredit.
Menurut kantor Administrasi Umum Bea Cukai di Beijing pada Rabu (12/2), pengiriman ke luar negeri naik 10,6% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Namun, peningkatan ini dapat terdistorsi oleh faktur palsu dan masa liburan.
Pencapaian itu jauh lebih besar jika dibandingkan dengan proyeksi median ekonom yang memperkirakan kenaikan 0,1%. Kenaikan impor 10%, meninggalkan surplus perdagangan senilai US$31,9 miliar, merupakan yang terbesar untuk periode Januari sejak 2009.
“Kami masih mengharapkan ekspor berada pada tren pemulihan, meskipun data utama dalam beberapa bulan mendatang kemungkinan akan tetap terdistorsi dalam skala besar karena kelebihan faktur dari setahun yang lalu,” kata Louis Kuijs, kepala ekonom Royal Bank of Skotlandia Group Plc di Hong Kong.
Kekuatan dalam permintaan global dan domestik akan mendukung pertumbuhan yang telah diproyeksikan oleh analis sedang berada dalam laju terlambat selama 24 tahun pada 2014. Pemerintah berusaha untuk menyeimbangkan kredit dengan pengawasan yang keras serta shadow banking dengan mempertahankan laju ekspansi yang wajar.
Jika dibandingkan, angka tahun lalu terdistorsi karena adanya faktur palsu untuk menyamarkan arus modal pada 2013 dan perbadaan waktu pada seminggu penuh selama liburan tahun baru Imlek.
Sebuah ketidaksesuaian yang sangat lebar antara Hong Kong dan data yang dimiliki oleh China dalam perdagangan bilateral pada Desember, sehingga memicu spekulasi bahwa angka China dilebih-lebihkan dengan ekspor palsu.