Bisnis.com, SEMARANG - Tingginya curah hujan di Jateng berisiko menurunkan produksi susu sapi lantaran keterbatasan pasokan pakan di sentra peternakan sapi, seperti Wonosobo, Kudus, dan Boyolali.
Kepala Industri Agro, Kimia dan Hasil Hutan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jateng Ratna Kawuri mengatakan pada Februari 2014, pihaknya melakukan evaluasi terhadap program pengembangan industri susu sapi di Jateng.
"Evaluasi akan mencakup tiga daerah yang ditetapkan sebagai champion, yaitu Wonosobo, Kudus, dan Boyolali. Maret baru kita lakukan pendampingan lagi," kata Ratna kepada Bisnis.com, Senin (10/2/2014).
Produksi susu sapi berisiko menurun. Faktor penyebabnya a.l. keterbatasan pasokan pakan hijauan akibat tingginya curah hujan dan keterbatasan pengetahuan SDM. "Pada 2012 itu produksi 102 juta liter. Musim hujan begini saya pesimis produksi meningkat, karena pakan kurang," tuturnya.
Apalagi tingkat produktivitas sapi perah di Jateng dinilai belum optimal. Dari potensi ideal 13-16 liter/hari, produktivitas sapi perah di Jateng rata-rata hanya 9 liter/hari.
"Kita harap produktivitas bisa naik sekitar 12 liter/hari, kalau yang perawatannya bagus itu harusnya bisa 23 liter/hari. Faktor pakan yang paling penting," ujar Ratna.
Kendati demikian, kualitas susu sapi yang diproduksi peternak di Jateng diklaim mengalami peningkatan. Indikatornya berupa kenaikan harga.
"Dari sisi kualitas itu meningkat. Di tingkat peternak harga rata-rata Rp3.300-3.500/liter rata-rata, pada 2009 itu mungkin masih Rp2.400-2.800/liter. Sekarang sudah ada buyers yang berani beli Rp3.600/liter," ungkapnya.
Selain pembenahan disisi hulu produksi, Ratna juga mendorong agar industri turunan susu sapi di Jateng mau menyerap susu sapi segar produksi peternak.
"Sekarang ini 80% kebutuhan susu dipenuhi dengan impor, kalau industri pengolahan mau serap produksi susu lokal, potensinya besar sekali," imbuhnya.
Di Kabupaten Semarang jumlah sapi perah mencapai 30.000 ekor, adapun di Jateng jumlahnya mencapai 103.790 ekor pada Sensus Pertanian 2013.