Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kebijakan Moneter Jepang: Bunga Ditahan, Yen Meroket

Permintaan mata uang Jepang berada pada titik tertinggi sejak 2008 setelah Gubernur Bank Sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) Haruhiko Kuroda mempertahankan suku bunga pinjaman mendekati nol di tengah kenaikan suku bunga global
/Ilustrasi/Antara
/Ilustrasi/Antara

Bisnis.com, TOKYO—Permintaan mata uang Jepang berada pada titik tertinggi sejak 2008 setelah Gubernur Bank Sentral Jepang (Bank of Japan/BoJ) Haruhiko Kuroda mempertahankan suku bunga pinjaman mendekati nol di tengah kenaikan suku bunga global.

Pemberian pinjaman bank asing pada kantor-kantor pemerintah di Jepang naik untuk keempat kalinya pada November menjadi 8,3 triliun yen atau setara dengan US$79,5 miliar.

Pinjaman asing itu juga menandai meningkatnya permintaan yen dalam mendanai pembelian aset berimbal hasil lebih tinggi.

Menurut BoJ, angka tersebut merupakan yang tertinggi sejak Desember 2008. Perdagangan yen terangkat hingga 10,4% ketimbang Won Korea pada kuartal ke empat dan lebih dari 6% dibandingkan dengan 11 mata uang utama lainnya.

Berdasarkan data dari indeks Bank of America Merill Lynch, kesenjangan imbal hasil antara obligasiPemerintah Jepang dan 19 pemerintah negara maju lainnya te lah melebar dari posisi terendah selama 20 tahun pada Mei.

Sejalan dengan itu, menurut data Departemen Keuangan Jepang, investor lokal telah meningkatkan kepemilikan obligasinya terutama obligasi berdenominasi Yen pada November, hingga mencapai rekor volume terbanyak dalam 3 tahun.

“Peningkatan Yen masih akan naik,” ujar Mitul Kotecha, Kepala Strategi Mata Uang Global di Credit Agricole Corporate & Investment Bank SA di Hong Kong, seperti dilaporkan Harian Bisnis Indonesia, Kamis (16/1/2014).

“Publik akan melihat yield melebar lebih jauh terutama terhadap yen.” Pada kuartal ketiga, yen meraih porsi apresiasi tertinggi dengan 7,1% terhadap dolar Selandia Baru, diikuti oleh Won yang memperoleh 5,9%. Strategi ini disampaikan atas keuntungan terhadap 16 mata uang utama pada kuartal keempat.

Yen melemah 0,2% menjadi 104,38 per dolar pada Rabu (15/1) waktu Tokyo, setelah membukukan penurunan 18%, merupakan yang terbesar sejak 1979 pada tahun lalu.

Menurut median survey Bloomberg, depresiasi yen akan berlanjut hingga akhir 2014. “Perusahaan keuangan luar negeri di Asia dapat meminjam ke pasar antar bank lokal dan mengirim dana ke kantor pusat yang kemudian digunakan untuk membeli mata uang yang lebih murah seperti dolar Australia,” ujar Daisuke Karakama, Ekonom Pasar Keuangan Mizuho Bank Ltd. di Tokyo.

Dia mensinyalir indikasi beberapa pihak ingin mendapatkan pendanaan dalam yen di tengah penurunan harga yang terus terjadi di Jepang. Menurut BoJ, pinjaman antar perusahaan bank asing melonjak 23,2 triliun yen pada 2007 ketika yen berada di kisaran 120 per dolar AS.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Nurbaiti
Sumber : Bisnis Indonesia (16/1/2014)
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper