Bisnis.Com, MEDAN - Kendati inflasi Sumatera Utara pada Desember 2013 dinilai cukup rendah, yakni 0,02%, penurunan daya beli masyarakat pada tahun ini harus diwaspadai karena dapat memengaruhi pertumbuhan ekonomi.
Pada Desember 2013, Sumut memang masih mengalami inflasi tipis pada level 0,02%. Data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut mencatat terdapat dua kota yang mengalami deflasi yakni Medan 0,07%, dan Padangsidempuan 0,44%. Padangsidempuan bahkan menjadi kota dengan deflasi tertinggi di seluruh Indonesia.
Sementara itu, dua kota lainnya mengalami inflasi yakni Pematangsiantar 0,61% dan Sibolga 0,75%.
Pengamat ekonomi IAIN Sumut Gunawan Benjamin menyebutkan fenomena deflasi di Medan dan Padangsidempuan dapat diterjemahkan sebagai pengendalian inflasi yang cukup baik atau justru penurunan daya beli masyarakat.
"Kita harus mewaspadai kemungkinan ini, walaupun potensinya tidak cukup besar. TPID [Tim Pengendali Inflasi Daerah] dan pemerintah jangan berpangku tangan," ujarnya, Kamis (2/1/2014).
Lebih lanjut, Gunawan memprediksikan laju inflasi pada tahun ini mampu kembali normal. Namun, jika penurunan daya beli masyarakat terjadi, maka pertumbuhan ekonomi Sumut akan stagnan bahkan negatif.
"Apalagi Sumut masih menggantungkan harapan pada harga komoditas lokal di pasar internasional. Memang ada harapan, tapi ketidakpastian global juga masih ada," tambahnya.
Adapun Gunawan menilai, deflasi di Medan dan Padangsidempuan terutama dipicu oleh mulai stabilnya harga kebutuhan pokok yang menemukan keseimbangan baru pada Desember 2013.
Tingkat inflasi Sumut Desember 2013 sebesar 0,02% menjadikan laju inflasi kumulatif year-on-year (YoY) Sumut mencapai 10,18%. BPS Sumut merinci, laju inflasi kumulatif Medan 10,09%, Pematang Siantar 12,02%, Sibolga 10,08%, dan Padangsidempuan 7,82%.