Bisnis.com, JAKARTA – Standard Chartered Plc memperkirakan negara berkembang (emerging market) berkontribusi menopang 70% pertumbuhan perekonomian dunia pada 2013-2030.
Ekonom Standard Chartered Plc Eric Alexander Sugandi mengatakan skala pertumbuhan ekonomi negara emerging market menjadi kunci terciptanya momentum pertumbuhan dunia.
“Apalagi ekonomi dengan tingkat pertumbuhan lebih dari 4% terutama dari negara emerging market mampu menyumbang 37% dari produk domestik bruto (PDB) dunia,” ujarnya, Selasa (3/11).
Dia menambahkan meningkatnya transformasi ekonomi di Asia, Afrika, dan Amerika Latin yang ditopang oleh pertumbuhan populasi, kelas menengah, dan urbanisasi mampu menaikkan kontribusi negara emerging markethingga 63% terhadap PDB dunia pada 2030.
Walaupun diperkirakan negara emerging market berpotensi menyumbang pertumbuhan ekonomi dunia, sempat muncul pesimisme dari beberapa kalangan akibat perlambatan ekonomi yang dialami beberapa negara emerging market beberapa tahun belakangan ini.
“Tren perlambatan tersebut tidak akan berlangsung lama dan negara emerging market memiliki potensi berkembang jauh lebih pesat ketimbang negara maju,”ucapnya.
Merujuk pada laporan yang dibuat oleh Standard Chartered Plc, perdagangan di kawasan Selatan (atau antara negara emerging market) memiliki peluang berkontribusi mencapai 40% dari perdagangan dunia pada 2030.
Tidak hanya itu, dia menambahkan tambahan populasi sekitar 1,1 miliar penduduk hingga 2030 didominasi oleh negara di kawasan Asia Pasifik yang juga tergolong negara emerging market.
Kontribusi negara emerging market pada pertumbuhan ekonomi dunia, sambungnya, juga menciptakan momentum yang dinamakan super siklus (the super cycle lives).
Siklus super tersebut merupakan masa pertumbuhan global yang tinggi secara historis, yang dapat berlangsung dalam satu generasi atau lebih dan didorong oleh pembukaan pasar baru, kenaikan nilai perdagangan, tingginya tingkat investasi, urbanisasi, dan inovasi.
Tiga tahun yang lalu, Standard Chartered Plc sempat memprediksi adanya momentum siklus super ekonomi ketiga pada 2000-2030 yang sebanding dengan periode 1870-1913, dan 1946-1973.
Namun, seiring dengan kondisi perekonomian dunia yang serba terkoreksi, Standard Chartered Plc melakukan beberapa perubahan pada penelitian sebelumnya.
Indonesia yang sempat diprediksi akan berada pada peringkat ke-6 dalam 10 negara dengan ekonomi terbesar pada 2030, merosot di peringkat ke-9.
Walaupun begitu, dirinya menekankan siklus super ekonomi ketiga masih akan terjadi dan diperkirakan tumbuh sekitar 3,5% pada 2000-2030, melampaui nilai pertumbuhan ekonomi dalam 20 tahun terakhir sebesar 3%.
Menurutnya, neraca perdagangan dunia cukup berpotensi melesat menjadi US$75 triliun dengan didukung oleh meningkatnya perjanjian perdagangan baru di tingkat bilateral maupun kawasan, serta efek globalisasi dan internet guna mendorong perdagangan barang dan jasa.