Bisnis.com, JAKARTA - Plastik, yang digadang-gadang sebagai penyebab banjir di berbagai daerah di Indonesia, yang limbahnya tidak dapat terurai selama lebih dari 500 tahun, ternyata berubah menjadi sesuatu yang bermanfaat di tangan Sunarni, pengusaha sampah plastik.
Sunarni merupakan salah satu pemenang Danamon Social Enterepreneur Award 2012 yang berjasa di bidang lingkungan, terutama pemanfaatan limbah plastik.
Bisnis sampah plastik yang mampu meraup omzet 10 juta per bulan ini, awalnya dilatarbelakangi oleh kepedulian Sunarni terhadap adiknya yang tuna rungu.
Pada 1998, dia mulai mengumpulkan sampah plastik dari warung-warung kopi di sekitar rumahnya di Depok. Dia juga membeli sampah-sampah plastik dari pemulung yang 1 kilonya Rp4.000.
“Sampah plastik yang saya gunakan adalah bungkus dari kopi, mie instan, susu, makanan ringan, sabun cuci dan shampo,” katanya kepada Bisnis pekan ini.
Tujuan awal Sunarni adalah supaya adik dan teman-temannya yang memiliki latar belakang serupa memiliki ketrampilan khusus dan memiliki penghasilan.
Dia menambahkan pada akhir tahun 90-an belum marak usaha yang mengangkat keterampilan dari limbah plastik. Hanya Sunarni yang sering menampilkan karya sampahnya dalam pameran-pameran di berbagai kota.
Hasil karya yang dia buat adalah aksesoris perempuan seperti tas, dompet, tempat pensil, tempat kosmetik, ornamen penghias dinding dan tikar.
“Saya hanya mencoba-coba membuat sesuatu dari bahan tak bernilai menjadi sesuatu yang bernilai, memang aksi saya ini tidak bisa menghilangkan limbah plastik yang terlanjur sudah menumpuk tetapi paling tidak saya berusaha mengurangi,” ungkapnya.
Selama 15 tahun berkreasi dengan limbah sampah plastik, kini dia tidak perlu mencari-cari sampah lagi di beberapa warung kopi.
Kini Sunarni menjadi tempat bagi para hotel dan perkantoran di Jakarta untuk mengolah sampah plastik mereka.
Limbah plastik yang dikirim oleh beberapa korporasi tersebut diolah Sunarni berdasarkan pesanan mereka untuk dikembalikan ke mereka dalam bentuk hasil karya agar dapar dimanfaatkan di ruang perkantoran atau dijual kembali.
Sunarni yang juga merupakan seorang pengajar di Sekolah Luar Biasa (SLB) juga merekrut 7 karyawan yang merupakan murid-muridnya. Dia melatih mereka sampai terampil dan ketika mereka sudah mahir, mereka akan bisa membuat usaha sendiri.
Selain itu, dia juga menyadarkan kepada masyarakat tentang manfaat yang dapat diambil dari onggokan sampah plastik yang tidak berguna serta mencemari lingkungan.
Dia mengadakan keterampilan pengolahan sampah kepada ibu-ibu di Tangerang, Bangka Belitung, Kalimantan, Yogyakarta, Surabaya hingga Papua.
Sunarni mengaku, karyanya sekarang sudah mampu tembus pasar di luar negeri, antara lain Dubai, Inggris, Thailand, Singapura dan Australia.
“Orang asing sangat menghargai karya yang terbuat dari sampah, mereka menganggap hal ini merupakan kreasi bermanfaat dari sesuatu yang tidak dipandang,” jelasnya