Bisnis.com, JAKARTA - Industri minyak yang merupakan sumber atau nyawa utama bagi perekonomian Suriah, berada pada kondisi kritis karena ladang minyak utama di timur laut negara tersebut digunakan secara tak menentu oleh pemberontak.
Berdasarkan laporan media setempat, sekitar 8,5 miliar barel minyak atau 40.000 barel setiap hari dicuri pada akhir kuartal ketiga 2013, yang menyebabkan kerugian material sebesar US$19,1 miliar.
Sementara itu, data pembangunan minyak mengungkapkan bahwa lebih dari 20 sumur minyak dibakar dan 128 lainnya dicuri.
Direktur jenderal pembangunan minyak, Ali Abbas mengatakan produksi minyak berat di Suriah telah sepenuhnya dihentikan pada bulan ketiga 2013.
Di sisi lain, produksi minyak ringan tidak melebihi 15.000 barel per hari karena serangan berulang terhadap pipa minyak yang membentang dari Adas Tal di timur laut kota al- Hassakeh hingga ke kilang Homs di Suriah Tengah.
Produksi gas juga merosot dari 28 juta meter kubik menjadi 17 juta karena pemberontak telah sepenuhnya mengendalikan kilang gasa Deir el-Zour dan al-Jibsseh. Kedua kilang gas tersebut benar-benar berhenti produksi pada Desember 2012, sedangkan kilang al- Jibsseh beroperasi kembali pada Agustus dengan tidak lebih dari 50 persen dari kapasitas aslinya.
Sektor minyak telah menjadi industri pilar ekonomi Suriah sampai krisis domestik pecah, karena negara itu memproduksi sekitar 380.000 barel minyak dan mengekspor sekitar 130.000 barel per hari, yang merupakan 45% dari total ekspor Suriah.
Pada 2010, ekspor minyak Suriah diperkirakan mencapai US$3 miliar, sedangkan pada 2013, Suriah mengimpor minyak sebesar US$1,7 miliar, dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dari derivasi minyak.
Pada awal krisis, Uni Eropa menekan Suriah dengan sanksi ekonomi yang keras termasuk embargo pembelian atau pengangkutan minyak Suriah dan melarang perusahaan yang berhubungan dengan Suriah atau berinvestasi di negara itu, serta penarikan ahli dan staf, menangguhkan pendanaan, dan menerapkan sanksi pada perusahaan minyak Suriah.
Pada akhir 2011, semua perusahaan asing yang beroperasi di bidang minyak meninggalkan negara tersebut.
Abbas mencatat bahwa biaya rehabilitasi perusahaan minyak Suriah berjumlah sekitar US$1 miliar dan pemerintah Suriah telah meluncurkan rencana untuk mengoperasikan kembali perusahaan minyak dalam lima tahun ke depan. (Antara/Xinhua-OANA)