Bisnis.com, JAKARTA- Furoshiki. Mungkin istilah itu terdengar cukup asing dibandingkan origami. Adalah Yayasan Lantan Bentala yang kini mempopulerkan seni membuntal kain tersebut di Indonesia sebagai salah satu cara menjaga lingkungan.
Menurut situs Japan Foundation, Furoshiki merupakan kain berbentuk segi empat dengan beragam corak dan warna yang digunakan untuk mengemas, menjinjing, dan menyimpan barang-barang.
Semula furoshiki digunakan di rumah pemandian umum sebagai kain pembuntal pakaian dan perlengkapan mandi pada 1600-an. Selanjutnya berfungsi sebagai pembuntal cepat seiring meningkatnya aktifitas masyarakat.
Fungsinya terus berkembang hingga menjadi pembuntal seserahan, atau pembuntal barang mewah, tas, pembunggkus kado, dan dekorasi interiur.
Sejumlah pihak juga melakukan inovasi sebagai gerakan menjaga lingkungan.
Pasalnya, furoshiki memiliki konsep penggunaan berulang sehingga dipercaya dapat mengurangi pemakaian materi baru untuk mengemas.
Di Indonesia, sebuah organisasi yang bergerak di ranah lingkungan Yayasan Lantan Bentala turut menyosialisasikan seni furoshiki sebagai dukungannya terhadap pengurangan material baru untuk mengemas barang.
Jika ingin mencoba, workshop furoshiki oleh Yayasan Lantan Bentala bisa diikuti secara gratis di Festival Desa 2013: Merawat Sumber Pangan Kita, yang bertempat di Bumi Perkemahan Ragunan, Jalan HR Harsono, Jakarta Selatan.
Festival diagendakan pada Sabtu-Minggu 9-10 November 2013 pada pukul
10.00-18.00 WIB.
Anggota yayasan Lantan Bentala Ari (18) menjelaskan yayasan yang berdiri sejak 2007 itu awalnya dibentuk oleh sekumpulan dosen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) Universitas Indonesia yang berkomitmen menjaga ibu pertii dengan sejumlah cara dan kegiatan.
"Salah seorang dosen yang menjadi pencetus, Ibu Eveline, menularkan prinsipnya bahwa segala sesuatu yang berasal dari alam harus kembali ke alam, atas dasar misi itu dibentuklah foundation," tuturnya.