Bisnis.com, BANDAR SERI BEGAWAN- Vietnam menyepakati pakta perdagangan teknologi nuklir dengan Amerika Serikat dalam pertemuan hari kedua Asean Summit di Brunei Darussalam, Kamis (10/10).
Perjanjian itu sekaligus menandakan kesediaan bekas negara komunis itu untuk membuka diri bagi investasi AS, serta mencerminkan kepentingan AS untuk mencapai penguatan ekonomi melalui kerja sama strategis dengan Asia Tenggara.
Kesepakatan yang disebut ‘US-Vietnam Civil Nuclear Cooperation Agreement’ itu akan memberi banyak akses pasar bagi korporasi AS dan melarang Vietnam untuk memproses ulang material nuklir yang berasal dari AS itu.
“Kesepakatan ini akan membuka banyak peluang bagi bisnis kami. Sebenarnya, kerja sama nuklir kami sangatlah penting,” ujar Menteri Luar Negeri AS John Kerry.
Kesepakatan itu cukup menarik perhatian mengingat Vietnam sebelumnya bekerjasama dengan Rusia untuk membangun PLTN pertamanya di Provinsi Ninh Thuan pada 2014 untuk diselesaikan pada 2020, seiring dengan melesatnya kebutuhan energi sebagai respons dari laju pertumbuhan 5% per tahun.
Vietnam juga menyepakati perjanjian dengan konsorsiun Jepang untuk membangun PLTN kedua di provinsi yang sama, dengan 2 reaktor yang akan mulai beroperasi pada 2024-2025. Negara Indochina tersebut merupakan pasar tenaga nuklir terbesar setelah China di kawasan Asia.
Menurut Kerry, pasar nuklir Vietnam diperkirakan tumbuh menjadi US$50 miliar pada 2030. (reuters/yus)