Bisnis.com, NUSA DUA, Bali – Direktur Jenderal Organisasi Perdagangan Dunia Roberto Azevedo menyampaikan tidak ada lagi negosiasi saat Konferensi Tingkat Menteri WTO ke-9 yang berlangsung Desember di Bali.
Seluruh perdebatan dan perbedaan pandangan di seputar isu perdagangan multilateral harus selesai dalam dua bulan sebelum KTM berlangsung agar kebuntuan Putaran Doha dapat segera terpecahkan.
“Kita hanya punya waktu dua bulan sebelum KTM berlangsung kembali di Bali dan kita harus memanfaatkan waktu itu secara produktif,” katanya seusai bertemu dengan para menteri APEC, Sabtu (5/10/2013).
Dia menuturkan dukungan dari ekonomi anggota APEC sangat penting untuk mendorong kemajuan negosiasi di Geneva. Seperti diketahui, Asia Pasifik mewakili 60% ekonomi dunia dan 45% perdagangan global.
Pihaknya yakin jika ekonomi APEC mampu menjalin komunikasi di antara sesama anggota maupun dengan negara di luar organisasi, maka hal itu akan memberikan kontribusi luar biasa terhadap negosiasi di WTO.
“Kedatangan kami di sini diharapkan bisa memberikan pesan kepada para menteri Apec serta betapa pentingnya kami memperoleh dukungan sebagai modal untuk membuat kemajuan Geneva,” tuturnya.
KTM WTO ke 9 akan digelar 3-6 Desember di Bali. Namun, kurang dari bulan menuju kegiatan, negara maju dan negara berkembang belum satu suara mengenai fasilitasi perdagangan dan public stockholding yang selama ini menjadi penyebab macetnya Doha Round.
Indonesia menyiapkan gagasan yang disebut Paket Bali (Bali Package) untuk mengatasi kebuntuan Putaran Doha dengan fokus pada tiga hal, yakni paket untuk negara kurang berkembang (LDC’s Package), fasilitasi perdagangan dan isu pertanian yang menyangkut public stockholding.
Azevedo berpendapat Paket Bali, meskipun kerap disebut Paket Kecil, khususnya tentang fasilitasi perdagangan, mampu memberikan manfaat bagi banyak negara, a.l. menekan biaya.