Bisnis.com, JAKARTA--Menjelang Pemilu, biasanya peluang bisnis juga tiba. Salah satunya adalah usaha sablon untuk spanduk. Mungkin sebagian orang agak kaget belakangan ini banyak spanduk-spanduk muncul di komplek perumahan atau di jalan. Isinya berkisar kampanye tentang dirinya sendiri dengan menyampaikan satu pesan tertentu, misalnya jaga persatuan, menolak harga BBM serta memuat foto sang ketua partai. Satu sisi, maraknya spanduk macam ini juga menciptakan peluang bisnis oleh penyablon. Mereka akan mendapatkan permintaan untuk mencetak isi spanduk, kaos hingga stiker.
Namun di sisi lain, pergeseran kampanye dengan alat tradisional terjadi. Banyak calon legislatif membuat website personal dan hadir di ruang-ruang media sosial. Web developer maupun ahli sosial media menjadi kebanjiran pesanan untuk membuat pencitraan para calon legislator maupun parpol lebih ciamik.
Kampanye dengan cara tradisional maupun melalui media, keduanya diterapkan oleh Anggawira, caleg DPR-RI dari Partai Gerindra Daerah Pemilihan Depok dan Bekasi
“Kampanye secara tradisional macam pendistribusian kaos, sticker dan pemasangan spanduk memang lebih terjangaku secara merial tetapi efektivitasnya dipertanyakan,” katanya saat dihubungi Bisnis belum lama ini.
Untuk daearah pemilihan Depok dan Bekasi mayoritas penduduknya berpendidikan SMP ke atas, tambahnya, banyak yang melek internet juga. Jadi dia juga bermain melalui media sosial.
Dia menuturkan kali ini dirinya hanya aktif di media sosial macam blog dan twitter. Dia belum bermain di media televisi, radio atau koran.
“Namun tak menutup kemungkinan saya akan memanfaatkan seluruh media untuk berkampanye, untuk koran kali ini hanya berupa soft campaign seperti artikel dan pemberitaan,” ujarnya.
Dirinya menyebutkan biaya untuk kampanye memang tak sedikit. Perlu bujet tersendiri yang harus dialokasikan untuk kampanye baik dengan cara tradisional maupun modern.
Untuk kamapanye tradisional, tim suksesnya membuat bermacam-macam spanduk, stiker, kaos, mug (gelas) dan merchandise.
“Dalam kurun waktu 3 bulan, pembuatan alat kampanye macam tadi menghabiskan dana sekitar Rp50 juta,” katanya.
Namun cara berkampanye favoritnya adalah melalui media sosial seperti blog dan twitter. Dia mengaku pemilihan metode kampanye lewat jalur ini dinilai lebih efektif dan efisien. Media menjadi alat yang penting bagi perkembangan bangsa saat ini dan mendorong suatu perubahan.
Blog dengan alamat anggawira.com dan akun twitter bernama @Anggawira_good memang bukan dirinya yang menghandle sendiri. Ada seorang web developer yang ia sewa khusus untuk stand by perhari bahkan perdetik untuk mengurusi akun-akunnya tersebut, dan mengupadate status dengan tagar #WIRAquote.
Bujet membuat website, katanya, beragam sekitar Rp5 juta hingga Rp20 juta. “Biaya maintain perbulan saya keluarkan sekitar Rp1 juta—Rp2 juta,” tambahnya.
Pemilihan kampanye yang gencar dilakukannya melalui media sosial sengaja dilakukan Angga sebagai eksperiman guna menilai tingkat melek internet warga Depok dan Bekasi.