Bisnis.com, SURABAYA - Pasangan petahana yang memenangi Pemilihan Gubernur Jawa Timur Soekarwo-Saifullah Yusuf menggandeng kalangan pengusaha guna mempertahankan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur.
Gubernur Jatim Soekarwo menuturkan investasi sebagai kunci pertumbuhan sedang dipermudah dan difasilitasi. Ada tim yang siap membantu pengusaha yang terhambat berinvestasi di daerah.
Selain itu, sambungnya, ada pasokan listrik 4200 MW yang bisa menyuplai industri baru. "Itu semua didukung suasana daerah yang kondusif tanpa konflik," jelasnya di depan anggota Kadin Jatim saat syukuran kemenangan Pilkada di Surabaya, Selasa (10/9/2013).
Menurutnya, iklim usaha yang baik terbukti mendorong masuknya izin prinsip senilai Rp91 triliun pada semester pertama dan ditargetkan bisa Rp210 triliun pada akhir tahun. Sedangkan realisasi investasi pada periode yang sama Rp68,08 triliun dan diharapkan bisa Rp130 triliun pada akhir tahun.
"Makanya pengusaha jangan pindah dari Jatim," jelasnya sembari menambahkan, inflasi Agustus lalu juga hanya 8,06%. "Itu rendah dibanding Banten dan Jabar 10%."
Dia menilai kinerja perdagangan luar negeri Jatim juga surplus Rp23 triliun. Angka itu berasal dari ekspor Rp277 triliun dan impor Rp254 trilun.
Kondisi serupa juga terjadi di perdagangan antarpulau. Nilai perdagangan keluar pulau Rp163 triliun dan barang masuk Rp131 triliun, sehingga ada surplus 32 triliun.
"Surplus Rp55 triliun satu semester itu luar biasa, capital in flow yang masuk menggerakkan ekonomi," tegasnya sembari menambahkan, keadaan ekonomi itu diharapkan bisa menjadikan pertumbuhan Jatim 7,1% di akhir tahun.
Soekarwo yang mantan Kepala Dinas Pendapatan Daerah Jatim menilai sektor yang paling potensial di Jatim yakni industri kebutuhan pokok dan penunjang, seperti industri makanan hingga peralatan rumah tangga.
Ketua Kadin Jawa Timur La Nyala Mahmud Mattalitti berjanji bersinergi dengan pemerintah guna mengembangkan perekonomian di Jatim. Langkah pemerintah mendukung dunia usaha dengan berbagai kemudahan juga diapreasiasi.
Meski pertumbuhan ekonomi Jatim di atas nasional, secara spesifik ada persoalan yang harus diperhatikan. Wakil Ketua Kadin Jatim Bidang Agribisnis Dadya Indraksa menilai sektor pertanian di Jatim memasuki kondisi kritis.
Hal itu, sambungnya, terlihat dari kontribusi pertanian ke ekonomi daerah hanya 0,38%. Sektor ini juga selalu menghadapi problem himpitan produk impor, mulai tembakau, kedelai, buah hingga sayuran.
"Pertanian di Jawa Timur bisa disebut kritis. Pengusaha siap membantu tapi yang ambil peran harus pemerintah. Kami tidak mungkin dari hulu sampai hilir," jelasnya.
Pengembangan agroindustri menurutnya terkendala tidak adanya kebijakan terintegrasi. Dia memisalkan di Kalimantan ada jeruk, namun pengiriman ke Jatim lebih mahal dibandingkan mendatangkan dari China.
Pilihan impor menyebabkan kontribusi perdagangan hotel dan restoran terhadap terhadap ekonomi daerah dominan, mencapai 2,93%. Namun, sektor pertanian di regional tidak berkembang dengan baik.
"Kami sedianya akan mengadakan expo potensi pertanian, sehingga nanti bisa dipetakan kluster potensi industri agro. Pemerintah lantas bisa menindaklanjuti," tegasnya.
Dia mengingatkan tidak mungkin pengembangan pertanian dari hulu sampai hilir diserahkan ke petani. Pengusaha terlibat hanya dalam satu tahapan, penjualan misalnya, sehingga pemerintah harus menggarap sektor petani di hulunya.