Bisnis.com, JAKARTA—Sorotan utama berbagai media nasional hari ini, Senin (9/9/2013) masih terfokus pada imbas dari pelemahan nilai tukar rupiah selain isu potensi terperangkapnya Indonesia ke dalam middle income trap.
BI Curigai Spekulan
Dalam kondisi seperti saat ini, ada pihak yang memanfaatkan pelemahan rupiah. Hal itu ditunjukkan dengan perbedaan harga bahan pokok di pasar dengan tingkat depresiasi rupiah. Spekulan atau kartel yang berusaha mencari kesempatan ini harus disikapi dengan tegas. BI dilaporkan tidak akan mengambil kebijakan tidak lazim (KOMPAS)
Pengusaha Mulai Terkena Imbas Krisis
Pengusaha di berbagai sektor industri mulai merasakan dampak dari pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Mereka menganggap krisis ekonomi saat ini, tidak cuma menghambat kinerja perusahaan tetapi juga bisa merintangi rencana ekspansi (KONTAN).
Indonesia Berpotensi Masuk Middle Income Trap
Kalangan pengamat dan akademisi memprediksi Indonesia berpotensi masuk ke dalam status middle income trap. Ini sebagai akibat dari tingginya beban defisit neraca perdagangan, terutama impor migas sehingga mendorong kebutuhan valas yang mencapai rata-rata US$18 miliar per tahun, sementara devisa hasil ekspor belum dapat menutupi kebutuhan valas tersebut, yang menghasilkan surplus rata-rata US$15.6 miliar (NERACA).
Indonesia Tak Perlu Panik
Indonesia tidak perlu panik menghadapi perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia dan pelemahan nilai tukar ruopiah. Kondisi ekonomi Indonesia masih jauh lebih baik dibanding negara emerging Market lainnya. Pemerintah tengah bekerja serius mengatasi permsalahan yanhg dihadapi. Dalam dua-tiga bulan mendatang, tekanan terhadap neraca transaksi berjalan akan mereda dan pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan stabil (INVESTOR DAILY).