Bisnis.com, SEMARANG - Nilai inflasi di Jawa Tengah pada Agustus sebesar 1,15% dengan indeks harga konsumen sebesar 142,64, jauh lebih rendah dibandingkan dengan inflasi Juli sebesar 3,41% dengan IHK 141,04.
Kepala Bidang Statistik BPS Jateng, Jam Jam Zamachsyari menuturkan inflasi itu didorong kenaikan indeks kelompok bahan makanan, makanan jadi, rokok dan tembakau, perumahan, air dan bahan bakar.
"Komoditas pemberi sumbangan inflasi masih pada tarif angkutan antar kota, mie, tarif listrik, bawang merah dan emas perhatian," ujarnya di Semarang hari ini, Senin (2/9/2013).
Sementara itu, komoditas yang memberikan sumbangan deflasi meliputi bawang putih, cabe rawit, telur ayam, gula pasir dan tarif kereta api.
Data BPS Jateng menunjukkan pada kelompok bahan makanan, komoditas kacang-kacangan termasuk kedelai masih berada pada urutan 7 dibawah padi dan umbi, daging, ikan, telur dan susu serta sayuran.
Menurut Jam Jam, pengaruh kenaikan harga kedelai belum masuk pada penghitungan inflasi bulan ini dan kemungkinan sangat berpengaruh pada inflasi bulan depan. "Pada komoditas kedelai, pengaruh saat ini lebih ke jenis olahannya seperti tahu dan tempe," lanjutnya.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Jateng, Petrus Edison Ambarura menuturkan kebutuhan kedelai dalam negeri masih mengalami ketergantungan yang tinggi terhadap impor, sementara para pengrajin tahu tempe belum memiliki jaminan pasokan dan harga untuk memenuhi kebutuhan produksi tahu tempe.
"Untuk mengurangi ketergantungan impor perlu stabilisasi pasokan dan harga kedelai melalui penetapan harga jual di tingkat pengrajin tahu tempe, disamping itu perlu didorong dengan cara memberikan insentif melalui kebijakan harga kepada petani agar mau menanam dan meningkatkan produksi kedelai," ujarnya.
Di Jateng, diketahui harga kedelai mengalami kenaikan mencapai Rp9.000 per kg di tingkat distributor, sedangkan di tingkat eceran mencapai Rp9.250 per kg.