Bisnis.com, DEPOK - Ratusan anak dan remaja tampak sibuk bermain di Sekolah Master (Masjid Terminal) Depok. Mereka ada yang berlarian, main petasan, belajar baris berbaris, atau membaca buku, serta aktif dalam permainan lainnya.
Keceriaan dan rasa senang terpancar dari wajah anak-anak tersebut. Tak ada kesan bahwa sekolah mereka saat ini tengah menghadapi masalah. "Setahu saya sekolah ini tidak jadi digusur. Alhamdulillah," kata Sri, yang menyekolahkan dua anaknya di SD dan SMP Sekolah Master ini, Jumat (19/7/2013).
Menurut Sri, yang tinggal di kawasan Citayam, Depok ini, dia menyekolahkan anak-anaknya di Master karena ada pelajaran agama dan mengajinya.
"Saya suka di sini. Anak-anak dapat tambahan pelajaran agama, seperti mengaji, salat, dan lainnya," ujar isteri tukang ojek ini.
Sri menuturkan anaknya yang kini duduk di kelas 5 SD dan kelas 3 SMP, setelah pulang sekolah, suka menjadi pemulung dengan mencari dan mengumpulkan gelas dan botol plastik bekas air minum.
"Anak-anak selama sekolah di Master ini, tidak macam-macam. Mereka masuk jam delapan pagi dan pulang jam satu siang. Saya bawain mereka bekal untuk makan," tutur Sri.
Lain lagi cerita Rasyid, siswa kelas satu SMA, yang sedang menjalani masa orientasi studi (MOS). "Saya masuk Sekolah Master sejak kelas 2 SMP. Di sini enak belajarnya, guru-gurunya baik. Kami memanggil mereka dengan sebutan kakak," ungkap remaja bertubuh tinggi ini.
Menurut dia, sekolah di Master tidak perlu pakai seragam. "Yang penting bajunya sopan. Kami belajarnya bisa sambil bermain, tapi kadang-kadang serius juga," ungkap Rasyid yang berasal dari Sukabumi, Jawa Barat.
Dia berharap Sekolah Master jangan sampai digusur dan dibubarkan. "Sepertinya tidak ada sekolah seperti di sini. Sayang kalau harus digusur," ungkapnya.
Nana Sutarna, 23, salah seorang pengajar di Sekolah Master, mengaku tidak tahu bagaimana kelanjutan dari kasus sekolah tersebut. "Ibu bisa tanya sama Pak Nurrohimi. Tapi beliau sedang tidak ada di tempat," ujarnya menjelaskan tentang Nurrohimi, Pendiri dan Ketua Yayasan Bina Insan Mandiri yang menaungi Sekolah Master Depok.
Menurut Nana yang sudah empat tahun mengajar di Sekolah Master, para pengajar (tutor) adalah para relawan dari berbagai bidang, yang dengan ikhlas mengajar. Jumlahnya ada sekitar 100 orang. Adapun siswa Sekolah Master lebih dari 1.000 orang, dari tingkat PAUD, SD, SMP, dan SMA.
Dominan siswa di sini adalah di tingkat SMA, bisa mencapai 800 orang lebih. Siswa SMP sekitar 165 orang, SD 220 siswa, dan PAUD 10 orang.
"Semua siswa di Sekolah Master gratis. Begitu juga para tutornya tidak mendapatkan gaji. Tapi ada pengantian ongkos transportasi," ujar mahasiswa semester 5, jurusan ekonomi di Universitas Indraprasta, Jakarta ini.
Untuk biaya hidupnya sehari-hari, Nana mengaku diperolehnya dari usahanya mengajar di Bimbel setiap Sabtu dan Minggu. "Rejeki ada saja sih," ujarnya tertawa.
Laki-laki yang masi bujangan ini mengaku merasa senang dan puas bisa mengajar di Sekolah Master. Dia mengajar siswa kelas 6 SD. "Di sini siswa SD kelas 1-3 disebutnya kelas Cerdas, dan kelas 4-6 disebut kelas Hebat. Jadi ada Cerdas 1,2, dan 3, serta Hebat 1,2, dan 3," tambahnya.
Dia mengatakan mudah-mudahan Sekolah Master tetap bisa berdiri, dan tidak ada yang mengganggu atau menggusurnya.
Seperti diberitakan Sekolah Master akan digusur oleh Pemda Depok, dan akan dijadikan mal. Tapi hal itu dibantah oleh Walikota Depok Nur Mahmudi. Bahkan dia menyebutkan Sekolah Master akan dijadikan sekolah percontohan di daerahnya.
Baca juga:
-PENDIDIKAN: Sekolah Negeri Diharamkan Tarik Pungutan TA Baru