BISNIS.COM, KAIRO - Meningkatnya konflik berdarah di seantero Mesir pascapelengseran Presiden Mohamed Moursi mendorong KBRI Kairo untuk membentuk tim pemantauan warga negara Indonesia guna memastikan keamanan mereka.
Tim pantau itu beranggotakan staf KBRI dan unsur masyarakat Indonesia setempat termasuk mahasiswa, kata Kepala Fungsi Penerangan, Sosial Budaya KBRI Kairo Dahlia Kusuma Dewi kepada Antara di Kairo, Sabtu (6/7/2013).
"KBRI terus memantau situasi dan tim pantau langsung turun lapangan untuk melihat kondisi WNI," katanya. Dahlia mengatakan bahwa semua WNI diimbau agar tetap tenang, mengurangi kegiatan di luar rumah, tidak terpancing emosi, atau ikut terlibat urusan dalam negeri di negara rantau, baik secara lisan, tulisan, maupun aksi.
"WNI juga diimbau menjauhi tempat-tempat rawan demo dan terus menjaga kontak dengan KBRI," kata Dahlia.
Dia menegaskan,"KBRI melayani perlindungan WNI selama 24 jam." Presiden Persatuan Palajar dan Mahasiswa Indonesia (PPMI) Mesir, Jamil Abdul Latif mengatakan bahwa pihaknya secara intensif berkoordianasi dengan KBRI dan semua cabang PPMI di berbagai provinsi.
"Koordianasi itu untuk menjamin keselamatan semua mahasiswa yang sejauh dalam kondisi aman. Anggota PPMI berkisar 4.300 orang," katanya.
Ketua Perhimpunan Mahasiswa Al Akhair di Mesir, Subhan Utina, juga terus menjalin kontak dengan anggota Hikmat yang berdomisili di Kairo, Tafahna, dan Zakazik. "Anggota Hikmat berjumlah 49 orang dari Sulawesi Tengah, Manado, Gorontalo, dan Maluku, semuanya aman," kata putra asal Palu, Sulawesi Tengah itu.
Faisal Minsar, mahasiswa asal Ternate, menimpali,"Alhamdulillah 12 mahasiswa dari Ternate juga aman-aman saja." Jumlah WNI di Mesir berkisar 5.000 orang, sebagian besar adalah mahasiswa yang tersebar di Kairo dan sejumlah provinsi, seperti Tanta, Zakazik, Iskandariyah, Mansourah, dan Tafahna.
Sementara itu, stabilitas keamanan di Kairo dan seantero Mesir masih belum menentu.
Benterokan berdarah antara pendukung dan antikudeta masih terus belangsung, yang dalam dua hari terakahir tercatat menelann korban 46 orang tewas dan lebih 1.400 orang cedera, menurut Perhimpunan Medis Penanggulangan Krisis Mesir.