BISNIS.COM, JAKARTA—Informasi tentang keputusan Standard and Poor's (S&P) yang menurunkan outlook utang Indonesia dari positif menjadi stabil menjadi pilihan sejumlah media sebagai fokus pemberitaan pada hari ini, Senin (6/5/2013).
Lembaga pemeringkat
Kepala Badan Koordinasi Penaman Modal (BKPM) M. Chatib Basri mengatakan argumentasi lembaga pemeringkat Standard & Poor's benar.
Oleh karena itu, koreksi itu sebaiknya dimaknai sebagai peringatan untuk segera membenahi persoalan ekonomi dalam negeri. (Kompas)
Emiten BUMN
Sebanyak 12 dari 19 emiten badan usaha milik negara ( BUMN ) yang tercatat di Bursa Efek Indonesia sepanjang kuartal I/2013 mengalami peningkatan kinerja keuangan, khususnya laba bersih.
Menurut analis, pelaku pasar merespons positif atas kinerja tersebut, sehingga prospek saham emiten BUMN sepanjang 2013 diprediksi terus meningkat. (Indonesia Finance Today)
Kondisi deflasi
Di tengah kondisi deflasi saat ini, kalangan pengamat dan akademisi meminta pemerintah segera memanfaatkan momentum bagus seperti mengubah kebijakan harga BBM bersubsidi.
Karena bila terlambat memanfaatkan peluang ini, dikhawatirkan dapat menimbulkan deflasi yang berlebihan (deflationary spiral) yang pada akhirnya merugikan perekonomian nasional.(Neraca)
Penilaian berlebihan
Penilaian Standard & Poor's (S&P) berlebihan. Sebab, faktanya kondisi fiskal Indonesia masih bagus dan pasar saham masih atraktif. (Investor Daily)
Rupiah terkapar
Keputusan Standard and Poor's (S&P) menurunkan outlook utang indonesia dari positif menjadi stabil berefek ke rupiah.
Akhir pekan lalu, rupiah pun terkapar. (Kontan)