Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

HARGA KARET di Sumsel Anjlok Akibat Produksi Melimpah

BISNIS.COM, PALEMBANG--Harga karet di tingkat petani Sumatra Selatan mengalami penurunan karena stok produksi yang melimpah dan dampak pembebasan ekspor oleh ketiga negara penghasil karet dunia.

BISNIS.COM, PALEMBANG--Harga karet di tingkat petani Sumatra Selatan mengalami penurunan karena stok produksi yang melimpah dan dampak pembebasan ekspor oleh ketiga negara penghasil karet dunia.

Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Dinas Perkebunan Sumsel Benyamin mengatakan penurunan harga karet memang dipengaruhi kondisi perdagangan global.

“Malaysia sudah mulai melepas stok karetnya sehingga terjadi penumpukan komoditas di pasar internasional. Di tingkat petani sendiri memang produksi sepertinya sedang meningkat,” katanya saat dihubungi Bisnis, Senin (22/4/2013).

Menurut Benyamin, saat harga anjlok petani yang paling terkena dampak karena tidak ada perlindungan harga untuk hasil kebun mereka.

Berdasarkan data hasil lelang KUD Serasan Jaya per 15 April 2013 harga tertinggi untuk slab 2 mingguan sebesar Rp12.059.

Ketika Bisnis mengkonfirmasi perkembangan harga di tingkat petani, koperasi petani karet rakyat itu menyampaikan harga sudah anjlok menjadi Rp10.000 per Senin (22/4).

Benyamin mengatakan sudah seharusnya digalakkan sistem resi gudang untuk petani karet sehingga petani memiliki jaminan serta daya tawar saat harga anjlok.

Dia mengatakan dengan sistem ini petani dapat menunda penjualan komoditas setelah panen, sambil menunggu harga membaik.

“Akan tetapi sayangnya belum ada keberpihakan bagi petani dari kalangan industri perbankan. Petani karet di Sumsel ini mayoritas petani rakyat dan individu sehingga perbankan kurang melirik mereka berbeda dengan sawit yang dikelola oleh perusahaan besar,” jelasnya.

Ketua KUD Serasan Jaya Kabupaten Muara Enim Sumsel Ahmad Mantap mengatakan harga sudah menunjukkan penurunan sejak awal bulan April 2013.

“Harga mulai turun sejak awal bulan dan sepertinya akan terus bergerak turun karena stok barang di luar sedang banyak,” katanya.

Petani karet berharap pemerintah bisa mengambil solusi yang bijak terhadap masalah ekspor karet sehingga semua pihak, termasuk petani tidak dirugikan.

Seperti diketahui sebelumnya, tiga negara produsen karet dunia, yaitu Indonesia, Thailand dan Malaysia batal membicarakan kelanjutan program pembatasan ekspor karet dalam sidang the International Tripartite Rubber Council (IRTC) di Phuket, Thailand, beberapa waktu lalu.

Indonesia sendiri berencana mengusulkan untuk tidak melanjutkan program agreed export tonnage scheme (AETS).

Kementerian Perdagangan sendiri menyampaikan bahwa perpanjangan implementasi AETS akan dibahas pada sidang IRTC pada Mei 2013 di Palembang.

Sesuai komitmen yang berlaku pada Oktober 2012 selama enam bulan itu Indonesia harus memangkas ekspor karet sebanyak 117.000 ton. Adapun Sumsel sebagai penghasil karet terbesar di Indonesia telah membatasi ekspor sebanyak 22.000 ton.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dinda Wulandari
Editor : Yoseph Pencawan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper