BISNIS.COM, TASIKMALAYA--Para produsen bawang goreng di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, terpaksa berhenti operasi akibat lonjakan harga bawang.
"Terpaksa saya menghentikan dulu produksi bawang goreng, selama bawang merah di pasar harganya masih mahal," kata perajin bawang goreng, Edi (45) di Perumahan PLN, Kelurahan Linggajaya, Kecamatan Mangkubumi, Kota Tasikmalaya, Kamis (14/3/2013).
Ia mengatakan sudah menghentikan usaha rumahannya sejak tiga pekan lalu, ketika kenaikan harga bawang merah di pasaran mencapai Rp40 ribu per kilogram.
Sebelum harga bawang merah melambung tinggi, kata Edi, biasanya mampu memproduksi bawang goreng tujuh kuintal per hari dibantu oleh empat orang pekerjanya.
"Pegawai saya sudah tidak bekerja membuat bawang merah lagi. Saya juga rugi sampai Rp5 juta lebih selama tidak produksi bawang," katanya.
Ia mengungkapkan sejak 10 tahun menekuni usaha pembuatan bawang goreng, baru pertama kali menghentikan produksi akibat terlalu tingginya harga bahan baku.
Padahal kenaikan harga bawang merah sebelumya, kata Edi, tertinggi hanya mencapai Rp15 ribu per kilogram dan tidak berdampak menghentikan produksi.
"Baru kali ini saya menghentikan usaha penggorengan bawang akibat naiknya harga bawang merah, padahal sebelumnya paling mahal cuma Rp15 ribu," katanya.
Pelaku usaha bawang goreng lainnya di Kota Tasikmalaya, Enang Heryadi (43) mengatakan sudah menutup usahanya sejak satu bulan lalu.
Biasanya, Enang mengaku mampu memproduksi bawang goreng sampai 2,5 hingga 3 kuintal setiap hari dengan harga bawang kisaran Rp3.000 atau Rp4.000 per kg.
"Dampak kenaikan harga bawang ini telah membuat saya rugi. Saya berharap harga kembali normal, agar bisa kembali usaha," kata Enang yang menekuni usahanya di Kampung Lewosari, Kelurahan Bantarsari, Kecamatan Bungursari.(antara/yop)