BISNIS.COM, JAKARTA—Teknologi modifikasi cuaca untuk mengatasi banjir di kawasan Merapi dan Bengawan Solo dihentikan berdasarkan hasil evaluasi antarinstansi, serta mempertimbangkan kondisi lapangan.
Menurut Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), teknologi modifikasi cuaca (TMC) dihentikan oleh BNPB dan BPPT (badan pengkajian dan penerapan teknologi) itu juga mempertimbangkan pendapat para ahli.
Jadi, lanjutnya, secara total TMC beroperasi selama 34 hari, yaitu sejak 26 Januari hingga 27 Februari 2013 untuk antisipasi banjir Jakarta dan 3-4 Maret 2013 beroperasi untuk antisipasi banjir lahar dingin Merapi dan banjir di Bengawan Solo.
Secara total ada 67 sorti penerbangan yang dilakukan, yaitu 45 sorti penerbangan pesawat Hercules dan 22 sorti penerbangan menggunakan CASA, menghabiskan bahan semai powder sebanyak 205,8 ton, membakar 486 batang flare dari lokasi GPG (ground particle generator) sistem flare dan GPG sistem larutan selama 158 jam.
“Curah hujan di wilayah Gunung Merapi, Jawa Tengah dan Jawa Timur sesuai prakiraan BMKG [badan meteorology, klimatologi, dan geofisika] sudah berkurang pada Maret, yaitu dari 201-300 mm per bulan dan sifat hujan normal,” ujarnya dalam situs badan nasional itu, Senin (11/3).
Selain itu, Sutopo menambahkan kawasan Merapi adalah kawasan resapan primer yang vital bagi penyediaan air untuk penduduk, pertanian dan lainnya bagi DIY dan Jawa Tengah.
Dikhawatirkan TMC mengurangi curah hujan sehingga imbuhan air dapat berkurang. Pertimbangan lainnya adalah pemerintah daerah setempat siap menghadapi banjir lahar dingin.
“Sistem peringatan dini, konstruksi jembatan, sabo, komunikasi, dan kesiapsiagaan masyarakat menghadapi banjir lahar seperti yang dibangun BNPB, Kementerian PU dan BPPT dinilai berjalan baik. (*)