MEDAN – Sumatra Utara memiliki potensi garam yang cukup besar karena berada di kawasan pantai barat yang memiliki banyak kandungan garam, tetapi potensi tersebut belum dimaksimalkan oleh masyarakat untuk memproduksi garam.
Asisten II Bidang Ekonomi dan Pembangunan Provinsi Sumut R Sabrina mengatakan faktor utama yang menyebabkan sedikitnya petani garam di Sumut karena kurangnya sosialisasi dan pengetahuan tentang cara bertani garam.
“Masih sedikit petani garam di Sumut, padahal kawasan Sumut tergolong kawasan pantai barat yang memiliki kandungan garam yang banyak. Beberapa daerah yang memiliki kandungan garam cukup banyak antara lain di Tapanuli Tengah, dan Mandailing Natal,”ujarnya Senin (25/2/2013).
Padahal, sambungnya, profesi petani garam tersebut cukup menguntungkan. Setidaknya dalam satu tahun, petani garam bisa panen hingga 3 kali dan keuntungannya bisa mencapai sekitar Rp4 juta untuk sekali panen.
“Masyarakat belum mengetahui bahwa profesi bertani garam sangatlah menguntungkan bisa panen 3 kali dalam satu tahaun dan keuntungnya bisa sampai Rp 4 juta/panen,” terangnya.
Hal ini pula yang menyebabkan masih besarnya volume impor garam di Sumut dalam kurun tiga tahun terakhir ini. Setidaknya dari total kebutuhan garam sebanyak 192.628 ton, sekitar 60% atau 116.701 ton merupakan garam impor , sementara sisanya didatangkan dari produsen lokal seperti Madura.
Sementara di tahun 2011, komposisi impor mencapai 213.425 ton, sedangkan produksi lokal 15.500 ton. Dan di tahun 2012, impor garam sebanyak 93.900 ton dan produksi lokal 43.400 ton.(msb)