Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

FISCAL CLIFF AS: Belanja akhir tahun ikut tertekan

NEW YORK—Di tengah keadaan ekonomi yang memprihatinkan dan masa depan yang suram menyusul masih alotnya negosiasi antara pemerintah dan parlemen terkait anggaran 2013, belanja akhir tahun menjadi harapan terakhir perekonomian Amerika Serikat (AS).Namun

NEW YORK—Di tengah keadaan ekonomi yang memprihatinkan dan masa depan yang suram menyusul masih alotnya negosiasi antara pemerintah dan parlemen terkait anggaran 2013, belanja akhir tahun menjadi harapan terakhir perekonomian Amerika Serikat (AS).Namun ternyata, aktivitas belanja masyarakat AS untuk menyambut Natal dan Tahun Baru kali ini tidak sesuai harapan para peritel. Para pembelanja baru menyerbu toko-toko pada menit-menit terakhir menjelang hari raya dan belanja lebih sedikit.Mereka semakin berhati-hati dalam membelanjakan uangnya karena Washington tidak kunjung mencapai kata sepakat dalam rangka menghindari ancaman fiscal cliff yang otomatis terjadi pada Januari 2013 jika tidak ada keputusan baru dari Kongres.Marjorie Decker (40), seorang warga Massachusetts, mengaku keluarganya belanja lebih sedikit dari Natal tahun lalu. “Perekonomian sulit diprediksi. Kami kini lebih memperhatikan apa yang akan mereka [pemerintah dan Kongres] putuskan,” katanya pada Senin (24/12).Para peritel juga merasa pemasukan berkurang dibandingkan libur akhir tahun lalu. Padahal, belanja akhir tahun biasanya berkontribusi hingga 30% dari total pendapatan peritel dan bahkan separuh dari total laba bagi sejumlah peritel.“Sikap para pembelanja pada Hari Natal kali ini tidak seheboh dulu,” kata Thom Blischok, kepala analis ritel dan penasehat senior di Booos & Company’s, sebuah perusahaan konsultasi bisnis ritel.Sebelum musim belanja akhir tahun dimulai, Blischok memprediksi penjualan akan naik lebih dari 5% pada November dan Desember 2012 dari periode yang sama tahun lalu. Sekarang, dia merevisi prediksinya menjadi hanya 2% hingga 2,5%.Lembaga penelitian ShopperTrak pekan lalu juga memprediksi kenaikan belanja akhir tahun hanya mencapai 2,5%. “Musim ini tidak akan sekuat tahun lalu, tapi tidak akan seburuk yang kita takutkan,” kata Joseph Feldman, direktur pelaksana Talsey Advisory Group.Feldman mengatakan peritel yang akan meraup banyak keuntungan pada musim liburan kali ini adalah Macy’s, TJX, Michael Kors, Costco Ltd., Gap Inc., Anthropologie, dan Walmart mengingat banyaknya pembelanja yang mengunjungi toko-toko mereka.Namun, tidak semua pengunjung berbelanja banyak. Terene Collymore, warga New York yang mendatangi Walmart pada Senin (24/12) membeli hadiah Natal yang dijual pada menit-menit terakhir dengan harga diskon. “Saya tidak mau menghamburkan uang,” katanya.Pada bulan lalu, peritel seperti Macy’s Inc. hingga Target Corp. membukukan penjualan yang lebih rendah dari estimasi para analis. Hal ini tidak lepas dari turunnya tingkat keyakinan konsumen yang pada Desember 2012 turun hingga level terendah dalam 5 bulan terakhir.Turunnya minat belanja di AS ini juga berdampak kepada kinerja situs perbelanjaan online. MasterCard Advisors SpendingPulse melaporkan penjualan secara online di AS hanya naik 8,4% pada musim liburan tahun ini, lebih rendah dibandingkan tahun lalu yang naik 16%.Padahal, para peritel ini telah memberi banyak diskon, melakukan promosi besar-besaran, dan memperpanjang waktu operasional penjualan. Mereka menggunakan istilah ‘Super Saturday’ untuk merujuk kepada Sabtu (22/12) terakhir menjelang Natal.Menurut Wakil Presiden SpendingPulse Michael McNamara, strategi promosi ini diadopsi dari pengistilahan ‘Black Friday’ untuk malam hari setelah Thankgiving Day, saat para pebelanja memborong di toko-toko yang memberi diskon besar.Menurut McNamara turunnya kinerja peritel lebih karena diakibatkan oleh Badai Sandy yang menerjang Pantai Timur AS pada Oktober 2012, meskipun kekhawatiran fiskal turut mempengaruhi minat belanja konsumen.“Jika anda perhatikan, pemberitaan media akan fiscal cliff bersamaan dengan turunnya keyakinan konsumen dan penurunan kinerja e-commerse,” kata McNamara.Indeks Peritel Standard & Poor’s 500 naik 0,1% menjadi 654,07 pada penutupan perdagangan di New York akhir pekan lalu, lebih rendah dari penutupan indeks S&P 500 umum yang naik 0,2%. Harga saham 33 perusahaan ritel dalam indeks ini tercatat anjlok 25% sejak awal tahun ini. (Bloomberg/Reuters/Ara/Bsi)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : News Editor
Sumber : Newswire

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper