JAKARTA – Kinerja reksa dana hingga akhir tahun diperkirakan masih berpotensi melanjutkan penguatan seiring dengan prospek IHSG dan obligasi Surat Utang Negara yang berpeluang naik meski cenderung terbatas.
Analis PT Infovesta Praska Putrantyo mengatakan ada beberapa sentimen positif yang mendukung penguatan dan perbaikan ekonomi dan pasar modal di kuartal IV ini, antara lain membaiknya data-data ekonomi seperti indeks manufaktur China serta beberapa negara Uni Eropa.
Selain itu, momentum windows dressing diperkirakan juga akan terjadi pada penghujung tahun sehingga dapat menopang kinerja pasar modal yang turut mendongkrak kinerja reksa dana terutama yang menggunakan portofolio saham.
Hanya saja, sambungnya, antisipasi investor atas penyelesaian fiscal cliff di Amerika menjelang akhir tahun diperkirakan masih membayangi pasar meski adanya ekspektasi atas penyelesaian masalah tersebut.
“Tren investasi reka dana hingga akhir tahun ini diperkirakan masih menguat, bila pun ada kemungkinan penurunan itu hanya sementara dan wajar di tengah laju indeks pasar daham dan obligasi yang sudah melaju dalam tren bullish,” ujarnya kepada Bisnis, Jumat (25/11/2012)
Namun sayang, dia masih tidak menyebutkan presentasi peningkatan kinerja hingga akhir tahun. Berdasarkan data dari Infovesta secara year to date hingga 22 November, rerata imbal hasil reksa dana saham masih menunjukan kinerja terbaik yakni mencapai 10,08%. Di susul reksa dana campuran mencetak return sebesar 7,55%, sementara reksa dana pendapatan tetap masih menempati posisi bontot dengan rerata imbal hasil sebesar 6,83%.
Sementara terkait dana kelolaan hingga akhir tahun ini, Asosiasi Pengelola Reksa Dana Indonesia sebelumnya memperkirakan hanya bertumbuh 7% di tengah volatilitas kondisi pasar yang saat ini terjadi. Angka tersebut turun dari target awal yang dipatok APRDI dengan pertumbuhan hingga 15%.(msb)
Dengan demikian hingga akhir tahun, industri reksa dana diperkirakan hanya mampu membukukan dana kelolaan sebesar Rp174,9 triliun dibandingkan akhir tahun lalu Rp163,5 triliun. Sedangkan hingga akhir Oktober, total dana kelolaan reksa dana hanya sebesar 172,27 triliun atau bertumbuh 5,5% dari akhir tahun.
Ketua APRDI Abiprayadi Riyanto mengatakan kondisi global yang terus berfluktuasi serta tren penurunan suku bunga menjadi salah satu penyebab minimnya pertumbuhan dana kelolaan pada tahun ini.
Hal tersebut menyebabkan banyak investor yang justru melakukan profit takin dengan melakukan penarikan khususnya pada reksa dana saham. Padahal, reksa dana tersebut merupakan salah satu produk yang menopang pertumbuhan reksa dana dengan kontribusi dana kelolaan sekitar 40%. DI samping banyaknya produk reksa dana terporteksi yang jatuh tempo.
“Kenyataanya kami tidak bisa terlalu berekspektasi karena kondisi indeks yang masih sangat tergantung sentimen global, kemungkinan hanya bisa tumbuh 7% menjadi Rp174 triliun, sulit untuk bisa meningkat 15% menjadi Rp186 triliun,” ujarnya beberapa waktu lalu.