SEMARANG-Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Jateng, mantargetkan jumlah peserta program keluarga berencana (KB) baru 2012 sebanyak 982.124 akseptor. Kepala BKKBNJateng, Drs Sri Wahono MKes, mengatakan sampai Oktober 2012 telah tercapai sebayak 857.716 akseptor.“Pencapaian peserta program KB baru sebesar 87,33% dari target sebanyak 982.124 akseptor,” katanya pada coffe morning dengan wartawan di Hotel Patra, Kota Semarang, Rabu (21/11/2012).Pencapaian ini, menurut dia, menurun jika dibandingkan dengan pencapai pada Oktober 2011 sebanyak 865.958 akseptor atau 85,55% dari target sebanyak 1.012.169 akseptor.Penyebab terjadinya penurunan, ujar Sri Wahono, antara lain, jumlah petugas lapangan KB berkurang dratis karena pensiun maupun dipindahkan ke tempat lain.Saat ini rata-rata satu petugas lapangan KB di Jateng menangani tiga sampai empat desa, sehingga kinerjanya kurang maksimal.Dari sisi anggaran program KB dari APBN untuk pemerintah daerah juga tak banyak, sebab KB menjadi urusan wajib kabupaten/kota.“Kalau pemerintah kabupaten/kota tak berkomitmen mengalokasikan anggaran yang cukup untuk program KB, maka hasilnya tak bisa maksimal,” ujarnya.Untuk mengoptimalkan program KB, lanjut Sri Wahono, ke depan BKKBN provinsi sebagai perwakilan BKKBN pusat di daerah akan mengadvokasi lebih intens kepada pemerintah kabupaten/kota serta berbagai elemen masyarakat.
BKKBN provinsi, ujar dia, telah menyiapkan grand design kependudukan Jateng 2013, meliputi pengendalian kuantitas, proyeksi, dan parameter penduduk.“Media diharapkan serta ikut mendukung program KB ini, untuk mencegah ledakan jumlah penduduk di Jateng yang sekarang sekitar 38 juta jiwa,” harapnya.Dalam kesempatan sama, Koordinator Koalisi Kependudukan Jateng, Dr Sarastri Wilonoyudho, menyatakan sasaran program KB jangan hanya masyarakat miskin, tetapi juga orang kaya.Sebab, orang kaya sekarang kecenderungan memiliki anak lebih dari dua, karena merasa mampu memenuhi kehidupan anak-anak. “Sudah saatnya orang kaya menjadi sasaran program KB,” tandas dia.
Dia menambahkan keberhasilan program KB lebih efektif kalau tumbuh dari kesadaran pribadi, bukan karena intervensi dan paksaan oleh pemerintah.”Perlu ditumbuhkan kesadaran dan stigma punya anak banyak merupakan dosa sosial, seperti yang diterapkan di negara-negara Barat,” katanya. (dot)