RUPANYA, keluarga Daily juga kehilangan seorang putra saat dia masih kecil, Nicholas yang arwahnya kadang merasuki tubuh ibunya, Elizabeth Daily (Janet Mcteer).Saat misteri mengenai hantu itu mulai menemui titik terang, Nicholas coba memperingatkan Arthur melalui perantara ibunya, bahwa jika ada orang yang pernah melihat hantu berbaju hitam maka tak ada kejadian lain kecuali anaknya akan mati dengan cara bunuh diri.
Mungkin saja mati bunuh diri juga akan menimpa Joseph, putranya, karena itu Arthur memilih mencari cara untuk mengakhiri masalah yang membuat si hantu berbaju hitam penasaran.
Sutradara spesialis film horor James Watkins meramu cerita hantu yang didasarkan pada novel horor gotik The Woman in Black (1983) karangan Susan Hill, dengan efek suara dan latar yang membuat rinding dan penuh ketegangan dari awal hingga akhir.
Watkins hanya sedikit ‘berbaik hati’ pada penonton untuk menarik nafas dan merasa lega, sebelum kembali menaikkan kembali adrenalin melalui sudut pengambilan gambar yang mengikuti pemeran tokoh dari belakang, membuat seolah-olah akan ada sesuatu yang menimpanya dari belakang.
Hal itu sedikit membuat ‘terengah-engah’, apalagi tanpa adanya alur sisipan seperti kisah romantis Arthur dengan istrinya atau mungkin dengan pengasuh anaknya, tampaknya film ini benar-benar dibuat untuk penggemar film horor sejati.
Demikian pula dengan latar yang mendung, suram dan gelap, ditambah sosok The Woman in Black, kemudian diketahui bernama Jennet, yang selalu samar-samar menambah kesan misterius suasana.Hanya ada sedikit latar dengan suasana terang dalam film ini, itupun berlokasi di pemakaman. Lengkap sudah.
Bukan Harry dengan kutipan What did they see? (apa yang telah mereka lihat) yang tercantum dalam poster The Woman in Black, sedikit mengingatkan pada film horor Jepang Ringu (1998)--diproduksi ulang Hollywood dengan judul The Ring (2002) yang kutipan dalam posternya berbunyi, Before you die, you see (sebelum kamu mati, kamu melihat).
Terlepas dari perihal sama-sama 'melihat' dan hal-hal lain yang mirip, film ini menandai langkah awal Daniel Radcliffe (22) keluar dari ‘bayang-bayang’ Harry Potter yang telah membesarkan namanya.
Paling tidak, dengan tiga bintang yang diberikan pengunjung di situs IMDb dan berbagai komentar positif mengenai aktingnya di The Woman in Black, Radcliffe tampaknya dapat melepaskan sosok penyihir imut Harry Potter dalam film berdasarkan novel laris karya JK Rowling itu. Di bawah arahan James Watkins, Radcliffe nyaris sempurna memunculkan sosok Arthur Kipps, duda hampir depresi yang harus berjuang bangkit demi anaknya.
Namun, mengingat usianya yang masih dua puluhan membuat beberapa adegan antara ayah (Arthur) dan anak (Joseph) yang masih terlihat kurang alami.
Bukan berarti Radcliffe tidak berusaha, dengan alasan untuk lebih mendalami peran sebagai ayah, ia mengusulkan anak baptisnya Misha Handley dalam pemilihan pemain sebagai Joseph, dan ternyata lolos audisi.
Pun demikian, kekurangan itu bisa tertutupi dengan dialog-dialog yang dewasa dan tata rias bernuansa pucat, selain membuatnya tampak lebih tua juga mendukung suasana suram dalam film.
Secara keseluruhan, akting Radcliffe dalam The Woman in Black merupakan langkah awal yang baik untuk peran-peran lainnya di masa mendatang. (foto: eastbayexpress.com) (Azi Fitriyanti/Antara/yus/habis)
