JAKARTA: PT Bank Mandiri Tbk memimpin sindikasi dalam konsorsium kredit project finance senilai US$650 juta kepada PT Aneka Tambang Tbk.
Pembiayaan itu digunakan untuk membangun pabrik pengolahan FeronikelIV dengan kapasitas produksi sebesar 27.000 ton nikel per tahun di Halmahera Timur, Maluku Utara.Mandate Letter untuk perjanjian pembiayaan Project Finance tersebut ditandatangani oleh Wakil Dirut Bank Mandiri Riswinandi selaku Koordinator Konsorsium dengan Dirut Antam Alwinsyah Lubis yang diikuti oleh peserta sindikasi, yakni PT Bank Rakyat Indonesia Tbk, Standard Chartered Bank dan Sumitomo Mitsui Banking Corporation di Gedung Antam Jakarta, hari ini 31 Januari 2012.Wakil Dirut Bank Mandiri Riswinandi mengemukakan dukungan Bank Mandiri melalui konsorsium ini diharapkan dapat membantu Antam dalam meningkatkan kapasitas produksi untuk memenuhi kebutuhan nikel domestik yang terus tumbuh seiring dengan pertumbuhan industri manufaktur nasional, serta permintaan pasar internasional.“Pertambangan merupakan salah satu sektor yang menjadi kontributor terbesar pada pertumbuhan ekonomi nasional. Untuk itu, Bank Mandiri berkomitmen untuk mendukung upaya penguatan sektor ini guna mendorong peningkatan kapasitas produksi,” ujarnya.Pada Desember 2011, Antam telah menerbitkan obligasi berkelanjutan tahap pertama senilai Rp3 triliun, untuk investasi rutin dan pengembangan usaha. Mandiri Sekuritas, Deutche Securities Indonesiadan Standard Chartered Securities ditunjuk sebagai penjamin pelaksana emisi obligasi berjangka waktu 7 tahun dan 10 tahun itu.Untuk penerbitan obligasi dimaksud, Bank Mandiri bersama BRI, Standchard dan Deutsche Bank bertindak sebagai standby buyer.Selain kontribusi melalui konsorsium berupa kredit investasi dan fasilitas standby buyer, dukungan Bank Mandiri juga diwujudkan melalui pemberian fasilitas bilateral Non Cash Loan (NCL), Treasury Line dan Bill Purchasing Line untuk membiayai operasional perusahaan.Hingga September 2011, Bank Mandiri telah memberikan pembiayaan sekitar Rp6,78 triliun kepada sektor pertambangan dan pengolahan bahan logam nasional, di mana sebagian besar digunakan untukpeningkatan kapasitas produksi. Jumlah tersebut menunjukkan adanya kenaikan 16% jika dibandingkan dengan September 2010 sebesar Rp5,81 triliun. (faa)