Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

 

MATARAM: Petani tembakau Virginia di Lombok Timur terancam merugi menyusul terus fluktuatifnya harga dan pemberlakukan grade yang tidak standar dari pabrikan.
 
Bambang Sugeng Ariadi, Kabid Agrokimia dan Aneka Industri Dinas Perindustrian dan Perdagangan Nusa Tenggara Barat (NTB), mengatakan pada musim panen tembakau tahun ini petani di wilayah kerjanya memang dilanda kerisauan.
 
Kerisauan itu terjadi bukan saja karena masalah simpang-siurnya harga tembakau saat musim panen, namun kalangan petani juga sering mengeluhkan pemberlakukan grade yang dinilai merugikan.
 
"Untuk harga, sebenarnya sejak awal sudah ada kesepakatan yang dilakukan ketua kelompok petani dengan perusahaan yang bertindak sebagai mitra. Ini dilakukan agar ada kesepakatan dan tidak ada keluhan bagi kedua belah pihak. Hal ini juga termasuk masalah grade. Faktanya, masih ada masalah di antara kedua belah pihak," ujarnya.
 
Bambang juga menjelaskan sebenarnya untuk panen petani tahun 2011 tergolong sukses, tercatat volume produksi tembakau Virginia FC mencapai 1,7 ton-1,8 ton/hektare. Tahun lalu, hasil panen mencapai 1,4 ton-1,5 ton/hektare, karena faktor anomali iklim. 
 
"Intinya pihak dinas selama ini sudah berupaya semaksimal mungkin dengan meningkatkan produktivitas mutu tembakau, menjamin ketersediaan pasokan tembakau, meningkatkan kemitraan yang terjalin antara pengelola perusahaan rokok dengan petani, memodifikasi bahan bakar minyak tanah dengan bahan bakar alternatif dalam proses pengovenan dan pasok bahan bakar alternatif. Intinya untuk menciptakan kondisi kondusif bagi petani tembakau,” katanya. 
 
Dari data di Dinas tersebut terungkap di Mataram terdapat 21 perusahaan yang menjalin kemitraan dengan petani tembakau, tepatnya di daerah Lombok Timur dan Lombok Tengah, di mana setelah petani memanen daun tembakau, selanjutnya mengoven dan langsung disetorkan kepada pihak perusahaan yang menjadi mitra. 
 
Perusahaan ini yang membeli daun tembakau berdasarkan grade yang sudah ditetapkan. Setiap perusahaan, memiliki kebijakan grade yang berbeda-beda. 
 
Terjerat  rentenir
 
H Iskandar, Purchasing Manager PT Djarum Lombok, mengatakan dasar-dasar grading krosok tembakau Virginia FC memang sudah ditentukan perusahaan.  Meliputi Lugs/X (10%), Cutters/C (30%, Smoking Leaf/M (25%), Leafs/B (30%) dan Tips/T (5%). 
 
"Padahal pada 2010, kalau diasumsikan harga tembakau Rp26.371/kg, petani akan meraih untung Rp3.857.528. Sedang untuk tahun 2011, dengan harga tembakau yang diasumsikan Rp29.560/kg, maka petani mendapatkan keuntungan Rp9.725.819," papar Iskandar.
 
Menyinggung soal nasib petani tembakau yang tidak kunjung membaik taraf perekonomiannya, Iskandar mengungkapkan untuk permodalan budi daya tembakau hingga panen, mereka tidak jarang meminjam uang pada rentenir. 
 
Akibatnya, keuntungan dari bisnis tembakau, masuk ke rentenir. Selain itu, banyak yang menyewa lahan untuk bertanam tembakau. Padahal sewa lahan sangat tinggi, bisa mencapai Rp10 juta untuk sekali musim panen. (sut)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : News Editor
Editor : Sutarno
Sumber : Tri Vivi Suryani

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper