Bisnis.com, PEKANBARU—Tingginya ongkos angkut distribusi bahan bakar minyak nonsubsidi jenis Pertamax ke Riau membuat PT Pertamina (Persero) hanya menjual produk Pertamax Plus di provinsi tersebut.
Ardyan Adhitia, Marketing Branch Manager Sumatra Barat-Riau Pertamina, mengatakan selama ini bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi jenis Pertamax diproduksi di wilayah Sumatra Selatan, sedangkan produksi Pertamax Plus dilakukan di Kepulauan Riau.
“Kalau kami memaksakan untuk menjual Pertamax di Riau, maka harganya akan lebih mahal dibandingkan dengan Pertamax Plus. Padahal, RON [research octane number] Pertamax lebih rendah dibandingkan dengan Pertamax Plus,” katanya di Pekanbaru, Rabu (22/10/2014).
Ardyan menuturkan Pertamina hanya mendistribusikan Pertamax hingga Sumatra Barat dan Jambi. Kedua daerah tersebut juga tidak terdapat produk Pertamax Plus, karena mahalnya ongkos angkut dari Kepulauan Riau.
Saat ini, harga Pertamax Plus di wilayah Riau mencapai Rp12.900 per liter, sedangkan harga produk Pertamax di wilayah Sumatra Barat Rp12.600 per liter, dan Rp12.550 per liter di Sumatra Selatan.
Pertamax merupakan bahan bakar minyak dengan RON 92 dan diklaim memiliki emisi yang lebih rendah dibandingkan dengan Premium. Sementara itu, Pertamax Plus memiliki RON 95, dan sangat direkomendasikan untuk kendaraan yang memiliki rasio kompresi di atas 10,5.
Awal tahun ini, Pertamina meningkatkan kapasitas Terminal Bahan Bakar Minyak Pulau Sambu di Kepulauan Riau menjadi 300.000 kiloliter, dengan dermaga berkapasitas LR 100.000 DWT. Terminal tersebut dilengkapi dengan fasilitas terminal automation system, dan pencampuran untuk produk Solar serta MFO.
Konsumsi BBM di Riau sendiri masih didominasi oleh BBM bersubsidi jenis Premium dan Solar. Pertamina pemasaran Sumatra Barat-Riau memperkirakan penyaluran BBM jenis solar di kedua provinsi itu mencapai 66.000 kiloliter per bulan, sedangkan penyaluran Premium mencapai 75.000 kiloliter per bulan.
Sementara itu, penyaluran BBM non-subsidi jenis Pertamax Plus di Sumatra Barat-Riau mencapai 600 kiloliter per bulan, dan Pertamina Dex 200 kiloliter per bulan.