Bisnis.com, SOLO - Lagi-lagi AS dituding sebagai biang kerok memanasnya hubungan antara China dan Taiwan.
Bahkan tepat pada hari Natal, 25 Desember 2022, Beijing mengirimkan sejumlah pesawat tempur untuk mengadakan latihan di wilayah udara Taiwan.
Latihan udara ini menjadi respons China sebagai bentuk protes atas provokasi yang sebelumnya dilakukan Joe Biden dan AS.
Beberapa waktu lalu, Presiden AS, Joe Biden telah mnandatangani Undang-Undang Otorisasi Pertahanan Nasional (NDAA) Fiskal 2023. Undang-undang ini mengalokasikan US$816,7 miliar kepada Departemen Pertahanan
Pada hari yang sama, DPR juga mengesahkan Undang-Undang Alokasi Komprehensif Tahun Anggaran 2023 yang telah disahkan oleh Senat.
Di bawah NDAA, Departemen Luar Negeri AS diberi wewenang untuk memberi Taiwan hingga 2 miliar dollar sesuai dengan hibah Pendanaan Militer Asing.
Undang-undag tersebut juga membahas tentang program bantuan pinjaman untuk pembelian senjata dan peralatan pertahanan buatan AS.
Pinjaman datang dengan jangka waktu pembayaran 12 tahun, UU menetapkan. Ya, Taiwan hanya dipinjami uang oleh AS untuk membeli peralatan militer buatan AS.
Tentu saja Kementerian Luar Negeri Taiwan menyambut baik penandatanganan NDAA.
Sebab dengan alokasi dana sebesar ini, mereka bisa memiliki peralatan senjata yang canggih untuk menghadapi serangan China.
Sementara itu China bereaksi dengan marah atas pengesahan NDAA. Beijing menyebutnya sebagai “provokasi politik yang serius terhadap China.”
Kementerian Luar Negeri China mengatakan jika Tiongkok dengan tegas menentang langkah AS ini. Mereka juga sudah memberi peringatan keras kepada Joe Biden.
China mendesak AS untuk "meninggalkan mentalitas Perang Dingin dan zero-sum serta bias ideologis" dan tidak menerapkan tindakan tersebut.
“Tiongkok akan mengambil langkah-langkah yang kuat dan tegas untuk menjaga kedaulatan, keamanan, dan kepentingan pembangunannya,” kata kementerian itu.