Bisnis.com, JAKARTA - Kemenangan Emmanuel Macron dari Marine Le Pen dalam Pemilihan Umum Prancis pada pekan lalu memiliki arti penting, tidak saja bagi perkembangan politik Eropa, tapi juga bagi Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) pada masa datang.
Sebagai salah satu negara paling berpengaruh di Kawasan Uni Eropa, perkembangan politik tersebut menjadi sorotan dunia di tengah kian menguatnya dukungan terhadap arus politik sayap kanan yang dimotori oleh Le Pen. Hal itu tercermin dari hasil pemungutan suara dengan margin yang semakin tipis meski angka itu cukup aman bagi Macron untuk meneruskan jabatan untuk periode kedua.
Dengan perbandingan raihan suara 58,8 persen melawan 41,2 persen, sebagaimana dikutip CNN.com, Senin (25/4/2022), memang Macron bisa bernapas lega, karena dia dipastikan kembali melenggang ke Istana Elysee.
Para sekutu Eropa-nya juga menyambut dengan napas lega di Brussel yang menjadi pusat kekuatan Uni Eropa dan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).
Bagaimana tidak. Macron selalu menjadi favorit untuk memenangkan pertarungan di tengah invasi Rusia ke Ukraina. Banyak pihak menggarisbawahi perlunya persatuan negara Barat dalam menghadapi agresi dari pihak Rusia ke Ukraina. Demikian juga dalam menghadapi upaya Presiden Vladimir Putin yang berusaha melemahkan dukungan NATO atas negara tetangganya itu.
Alasannya, soliditas di kalangan NATO dan UE sedikit melemah, sehingga para pejabat khawatir kemenangan Le Pen dapat mengguncang hubungan trans-Atlantik. Apalagi Le Pen dikenal luas dengan tema kampanyenya yang anti-Eropa dan anti-imigran.