Bisnis.com, JAKARTA--Australia, Selandia Baru, dan Amerika Serikat menyuarakan keprihatinan mereka tentang keamanan di Pasifik setelah China menandatangani pakta keamanan dengan Kepulauan Solomon.
Kesepakatan yang ditandatangani minggu ini tersebut telah memicu kekhawatiran kalau China akan membangun pangkalan Angkatan Laut di negara Pasifik itu.
Apalagi Kepulauan Solomon telah menolak upaya terakhir dari Australia untuk menghentikan kesepakatan itu meskipun negara itu merupakan donor terbesar selama ini.
Perdana Menteri Kepulauan Solomon, Manasseh Sogavare mengatakan pakta itu tidak akan "merusak perdamaian dan harmoni" di wilayah tersebut seperti dikutip BBC.com, Rabu (20/4/2022).
Pemimpin Kepulauan Solomon menambahkan bahwa pakta itu tidak ditujukan pada sekutu tradisional tetapi "lebih pada situasi keamanan internal sendiri".
Akan tetapi dia tidak mengungkapkan ketentuan pakta itu dan bersikeras bahwa kesepakatan itu dibuat "secara transparan dan dipandu oleh kepentingan nasional".
Draf perjanjian yang bocor, yang diverifikasi oleh pemerintah Australia, mengatakan kapal perang China akan diizinkan berlabuh di pulau-pulau itu dan bahwa Beijing dapat mengirim pasukan keamanan "untuk membantu menjaga ketertiban sosial".
Pulau-pulau tersebut telah dipenuhi dengan kerusuhan sosial dalam beberapa tahun terakhir dan pada bulan November pemerintah Australia mengirim personel dari pasukan pertahanannya untuk membantu memadamkan kerusuhan mematikan di ibu kota Honiara.
Kerusuhan itu dipicu setelah pengunjuk rasa menyerbu parlemen dalam upaya untuk menggulingkan Sogavare.
Seorang juru bicara kementerian luar negeri China mengkonfirmasi pada hari Selasa bahwa kesepakatan akhir adalah mempertahankan ketentuan tentang "menjaga ketertiban sosial".