Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indonesia Ganti Kurikulum Lagi! Nadiem Luncurkan Kurikulum Merdeka

Kurikulum yang digunakan selama ini dinilai memiliki beberapa kelemahan. Pemerintah menganggap struktur kurikulum tidak fleksibel dan banyak guru merasa jam pelajaran sudah ditentukan per minggu tapi tidak bisa memilih antara fokus menguatkan pembelajaran atau bagian lainnya.
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nadiem Makarim mengikuti rapat kerja dengan Komisi X DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, September 2021./Antara
Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Nadiem Makarim mengikuti rapat kerja dengan Komisi X DPR di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, September 2021./Antara

Bisnis.com, JAKARTA-Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim meluncurkan Kurikulum Merdeka dalam peluncurkan Merdeka Belajar Episode ke-15 via YouTube Kemendikbud RI, pada Jumat (11/2/2022). Sebelumnya, kurikulum tersebut bernama kurikulum prototipe yang merupakan kurikulum pada kondisi khusus (kurikulum darurat).

"Penyederhanaan kurikulum darurat ini efektif memitigasi ketertinggalan pembelajaran pada masa pandemi Covid-19," ujar Nadiem dalam kesempatan tersebut.

Nadiem menjelaskan bahwa pada saat ini kurikulum yang digunakan dalam skala nasional, ada beberapa kelemahan yang sudah diidentifikasi. Struktur kurikulum tidak fleksibel dan banyak guru merasa jam pelajaran sudah ditentukan per minggu tapi tidak bisa memilih antara fokus menguatkan pembelajaran atau bagian lainnya.

"Materi kita kadang-kadang membosankan, kurang beragam. Sehingga guru belum ada terlalu banyak tour guide untuk bisa mengembangkan pembelajaran kontekstual. Materi pembelajaran terlalu kaku, terlalu padat dan membuat banyak murid membosankan," papar Nadiem.

Sementara efektivitas kurikulum darurat, justru menunjukkan penguatan tentang pentingnya perubahan rancangan dan strategi implementasi kurikulum secara lebih komprehensif.

Menurut Nadiem, struktur kurikulum yang ditawarkannya tersebut lebih fleksibel, fokus pada materi yang esensial, memberikan keleluasan bagi guru menggunakan berbagai perangkat ajar sesuai kebutuhan dan karakteristik peserta didik, serta aplikasi yang menyediakan berbagai referensi bagi guru untuk terus mengembangkan praktik mengajar secara mandiri dan berbagi praktik baik.

Meski begitu, dalam pemulihan pembelajaran saat ini, lanjut Nadiem, satuan pendidikan diberikan kebebasan menentukan tiga kurikulum yang akan dipilih atau tidak dipaksakan.

Pilihan pertama, Kurikulum 2013 secara penuh, pilihan kedua Kurikulum Darurat, yaitu Kurikulum 2013 yang disederhanakan, dan pilihan ketiga adalah Kurikulum Merdeka.

"Untuk itu, pemerintah akan menyiapkan angket untuk membantu satuan pendidikan menilai tahapan kesiapan dirinya menggunakan Kurikulum Merdeka," ujar Nadiem.

Selain kesiapan tiap satuan pendidikan, penerapan Kurikulum Merdeka juga didukung oleh Platform Aplikasi Merdeka Mengajar.

Platform Merdeka Mengajar ini akan membantu guru dalam mendapatkan referensi, inspirasi, dan pemahaman untuk menerapkan Kurikulum Merdeka.

"Ini adalah platform untuk guru yang harapan kita akan berkembang menjadi suatu platform yang bukan hanya materi dan konten dari kementerian, tapi dimiliki guru. Dari guru dan untuk guru. Ini adalah aplikasi dari kementerian untuk membantu guru-guru membantu menerapkan kurikulum merdeka dan belajar menjadi pengajar yang lebih baik," tutur Nadiem.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Indra Gunawan
Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper