Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indonesia Hadapi Gelombang Ketiga Akibat Omicron, Ini Kata Epidemiolog

Epidemiolog dari Universitas Indonesia Pandu Riono mengatakan Indonesia bakal hadapi gelombang ketiga Covid-19 akibat varian Omicron.
Ilustrasi Covid-19 varian Omicron/DW.com
Ilustrasi Covid-19 varian Omicron/DW.com

Bisnis.com, JAKARTA - Epidemiolog dari Universitas Indonesia Pandu Riono mengakui jika Indonesia siap mengalami gelombang ketiga Covid-19 akibat varian Omicron. Namun, dengan situasi yang berbeda dibanding pada Juli 2021.

“Ya disepakati gelombang ketiga itu, [tapi] situasi nya beda. Kalau kasus pasti meningkat, tapi tidak akan banyak tidak diketahui karena sifat Omikron yang lebih banyak tak bergejala. Yang masuk rumah sakit biasanya pada belum punya kekebalan, lansia dan komorbid,” ujar Pandu saat dihubungi Bisnis, Jumat (7/1/2022).

Menurut Pandu, banyak yang memprediksi terutama dari lembaga luar negeri mengenai kenaikan kasus Covid-19 di Indonesia akibat Omikron seperti pada Juli 2021. Seperti yang dilakukan Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME).

“Prediksi tersebut berdasarkan asumsi dan belum tentu akurat karena tidak memasukkan semua parameter yang spesifik Indonesia,” jelas Pandu.

Terlebih, kata Pandu, memasuki tahun 2022 ini, lebih dari 85 persen penduduk Indonesia mempunyai kekebalan yang tinggi seperti yang diungkap pada survei serologi Satgas Covid-19.

Oleh karena itu, Pandu mengingatkan bahwa penanganan pandemi apapun variannya harus tetap memperhatikan protokol kesehatan serta vaksinasi lengkap.

“Perlu diingatkan lagi cara-cara pencegahan infeksi terhadap Sars-Cov-2, apapun varians nya. yakni vaksinasi untuk tekan risiko hospitalisasi, pakai masker dan hindari tempat dengan ventilasi buruk cegah infeksi. Yang terbaik semua dilakukan,” beber Pandu.

Sebelumnya, Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menuturkan Indonesia masih bisa mengalami gelombang ketiga Covid-19 seiring dengan kehadiran varian Omicron.

Budi menjelaskan gelombang ketiga Covid-19 sudah banyak terjadi di berbagai negara di Eropa hingga Afrika.

“Ada Afrika Selatan, Inggris, Norwegia, Amerika Serikat. Dari sisi jumlah kasus kita melihat demikian,” ujar Budi dalam talkshow salah satu televisi swasta, dikutip Jumat (7/1/2021).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper