Bisnis.com, JAKARTA - Jelang pergantian tahun, kondisi cuaca di sebagian wilayah di Indonesia diwarnai hujan lebat. Kini dari 342 zona musim di Indonesia, telah memasuki puncak musim hujan.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan 96,8 persen wilayah Indonesia sudah berada dalam kondisi musim hujan. BMKG memprediksi momen pergantian tahun harus dirayakan di tengah suasana mendung dan hujan.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati memprediksi cuaca pada periode Natal dan Tahun Baru (Nataru) menunjukkan kecenderungan curah hujan pada kategori menengah hingga tinggi, yakni antara 100-500 mm per bulan.
Bahkan, ada kenaikan 70 persen dari rata-rata normal di beberapa wilayah.
"Untuk Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Riau, Bengkulu, dan Jambi, puncak musim hujannya diperkirakan terjadi pada Desember. Sementara itu, puncak musim hujan di wilayah Sumatra Selatan, Lampung, Jawa, Kalimantan, Bali, NTB, dan NTT, diperkirakan terjadi pada Januari hingga Februari 2022," ujar Dwikorita seperti dikutip dari indonesia.go.id, Selasa (28/12/2021).
Dia mengingatkan ancaman bencana hidrometeorologi selalu mengintai di musim hujan ini, baik di laut maupun di darat.
Oleh karena itu, dia meminta masyarakat terus waspada, dengan adanya kemungkinan bahaya banjir, banjir bandang, petir, topan, banjir rob, dan longsor.
"Di laut ada potensi angin badai, petir, dan gelombang tinggi," imbuhnya.
Tim BMKG mendapat temuan tersebut saat berkunjung ke Pelabuhan Merak di Cilegon, Banten. Selain memeriksa perangkat stasiun cuaca di Pelabuhan Merak, Dwikorita pun menemui pemangku layanan penyeberangan feri Merak-Bakauhuni pp. Selat selebar 37 km yang sering kali mendatangkan arus dan gelombang laut yang cukup kuat.
Di samping variabel cuaca lokal yang dinamis, dia juga memperingatkan ada pengaruh La Nina yang ikut aktif bermain. Indeks Osilasi Pasifik Selatan yang menjadi indikator La Nina masih menunjuk angka -0,8, dengan pengaruh ringan.
Namun, di tengah musim hujan reguler, dengan angin monsunal yang basah, dan bibit siklon tropis yang datang dan pergi, ditambah lagi faktor dinamika atmosfir akibat perubahan iklim, pengaruh La Nina semakin kuat.
"Potensi cuaca ekstrem akibat La Nina sangat besar kemungkinan terjadi. Kami mohon untuk tetap waspada, dan tak memaksakan mengangkut penumpang jika cuaca tidak memungkinkan," ungkapnya.
Peringatan itu dikeluarkan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kapal akibat cuaca buruk dan gelombang tinggi. Dwikorita juga berharap agar Syahbandar menunda Surat Persetujuan Berlayar (SPB) jika cuaca sedang buruk.