Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Warga Sebut Tak Ada Peringatan Dini Erupsi Semeru pada 1 Desember 2021

Ponidi (50), mengaku dirinya tak menerima peringatan diri bencana erupsi Semeru dari pihak terkait hingga akhirnya terjadi bencana pada Sabtu (4/12/2021).
Warga mengamati kondisi rumah yang tertimbun abu vulkanik dari guguran awan panas Gunung Semeru di Desa Sumber Wuluh, Lumajang, Jawa Timur, Minggu (5/12/2021). Dampak guguran awan panas Gunung Semeru mengakibatkan sedikitnya puluhan rumah warga rusak dan diperkirakan belasan warga dinyatakan hilang. ANTARA FOTO/Zabur Karuru/rwa
Warga mengamati kondisi rumah yang tertimbun abu vulkanik dari guguran awan panas Gunung Semeru di Desa Sumber Wuluh, Lumajang, Jawa Timur, Minggu (5/12/2021). Dampak guguran awan panas Gunung Semeru mengakibatkan sedikitnya puluhan rumah warga rusak dan diperkirakan belasan warga dinyatakan hilang. ANTARA FOTO/Zabur Karuru/rwa

Bisnis.com, SOLO - Warga terdampak erupsi Gunung Semeru, Ponidi (50), mengaku dirinya tak menerima peringatan diri bencana erupsi Semeru.

Warga Dusun Kamarkajang, Desa Sumberwuluh, Kabupaten Lumajang itu mengaku tak ada ihwal potensi erupsi hingga akhirnya bencana terjadi pada Sabtu (4/12/2021) lalu.

Dia pun mengira bahwa aktivitas vulkanik Semeru berupa guguran awan panas tidak akan sebesar kejadian kemarin.

"Pada Desember 2020 lalu, lava pijarnya hanya terlihat di puncak saja," kata Ponidi dikutip dari Tempo, Senin, (6/12/2021).

Ponidi bersama dengan anggota keluarganya mengungsi di Balai Desa Penanggal sejak Sabtu pekan lalu.

Ia mengaku belum menerima informasi ihwal peringatan dini bahaya pada 1 dan 2 Desember 2021, seperti yang diberitakan.

Menurut dia sosialisasi soal kebencanaan memang pernah dilakukan. Namun hal itu sudah lama.

"Tapi sudah lama, beberapa tahun yang lalu. Setelah itu tidak pernah," ujarnya.

Ponidi berujar warga pasti akan mengungsi lebih awal jika mereka mendapatkan peringatan jauh hari sebelumnya.

"Saya pasti akan mengungsi lebih awal jika mendapat informasi lebih dulu sebelumnya," ujar dia.

Ponidi membenarkan bahwa di desanya terdapat rambu-rambu serta petunjuk jalur evakuasi dan tempat titik kumpul ketika terjadi bencana.

"Tetapi kan bencananya dari awan panas dan dari atas," katanya.

Sama seperti Ponidi, Nurul (25) baru mengetahui bahaya letusan Semeru saat bencana terjadi pada Sabtu lalu.

Namun dia tidak menduga bahwa erupsi Semeru bakal sebesar itu.

"Saya tidak mengira akan sebesar itu," katanya.

Di sisi lain, Bupati Lumajang Thoriqul Haq mengakui telah menerima surat peringatan dini potensi semburan awan panas atau erupsi Semeru.

Surat peringatan berasal dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).

"PVMBG sering memberikan surat peringatan di setiap ada kejadian yang dimungkinkan adanya guguran awan panas. Tentu, setiap ada peringatan segera di tindak lanjut ke masyarakat sekitar sungai aliran lahar Semeru," kata Thoriqul, Selasa, (7/12/2021).

Setiap ada peringatan dini, kata dia, masyarakat selalu merespons dengan tetap beraktivitas seperti sehari-hari di lereng Gunung Semeru.

Saat terjadi turunnya guguran awan panas kemarin, menurut dia, masyarakat telah mengikuti tata cara penyelamatan dengan jalur evakuasi yang telah dipahami.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Sumber : Tempo
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper