Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Riset Dewan Pers: Media Arus Utama Jadi Andalan Publik Akses Informasi

Penelitian ini trewujud atas kolaborasi antara Dewan Pers dengan Universitas Mustopo Beragama.
Tangkapan layar konten disinformasi mengenai anak yang sakit setelah mendapat vaksin Covid-19/Kominfo.go.id
Tangkapan layar konten disinformasi mengenai anak yang sakit setelah mendapat vaksin Covid-19/Kominfo.go.id

Bisnis.com, JAKARTA – Ternyata media siber menjadi sumber informasi utama masyarakat dalam memperoleh informasi selama pandemi Covid-19 tahun ini.

Temuan tersebut tecermin dalam penelitian Dewan Pers yang berjudul 'Kepercayaan Publik terhadap Media Pers Arus Utama di Masa Pandemi Covid-19 pada Tahun 2021'.

Dalam temuannya, mayoritas masyarakat dalam mencari kebenaran informasi masih mengandalkan media siber sebesar 32 persen, disusul TV/streaming 18,13 persen, YouTube 10,51 persen, surat kabar harian 8,26 persen, dan Twitter 7,33 persen.

“Responden memilih media arus utama karena dalam informasinya sering menggunakan data-data dan utuh. Yang menarik, surat kabar dan televisi harian masih menjadi pilihan bagi masyarakat mengkonfirmasi berita,” ujar peneliti Dewi Ajeng Wadarini Sastroprawiro dalam konferensi pers virtual ‘Peluncuran hasil riset Dewan Pers tentang Kepercayaan Publik terhadap Media Pers Arus Utama di Masa Pandemi Covid-19’, Jumat (20/8/21).

Sementara itu, peneliti Natalina Nilamsari mengatakan total responden dalam penelitian ini ada sebanyak 1020 orang dari 34 provinsi di Indonesia.

“Sebagian responden kami adalah perempuan. Di masa pandemi perempuan merespons secara daring. Akses internet kepada perempuan cukup baik,” tuturnya.

Generasi Z merupakan responden yang paling banyak berpartisipasi dalam riset tersebut, lalu diikuti dengan generasi milenial dan X. Selain itu, 15, 2 persen responden adalah pegawai dan 10,8 persen lainnya berstatus Aparatur Sipil Negara.

“Keragaman catatan ini bisa kita generalisasi penelitian ini,” ujar Natalia.

Ketua Dewan Pers Muhammad Nuh menyampaikan penelitian ini berkolaborasi dengan Universitas Mustopo Beragama. Menurutnya, ada 3 alasan utama riset ini dibuat. Pertama, ingin membangun tradisi akademik dalam menentukan arah kebijakan.

“Jadi ada dasarnya dalam membangun kebijakan. Membangun kebijakan jadi tidak lewat insting,” ujarnya.

Kedua, Dewan Pers menyadari bahwa hanya memiliki sumber daya terbatas.

“Namun gagasan baik tidak berhenti gara-gara kurang resources. Maka, kita berkolaborasi dengan Universitas Mustopo Beragama,” tutur dia.

Ketiga, kata Nuh, Dewan Pers ingin makin dipercaya oleh masyarakat.

"Karena orang yang sengsara itu orang yang tidak dipercaya. Ngomong apapun gak dipercaya. Kepercayaan publik ini sangat-sangat mahal. Karena di publik tidak berlaku lihatlah yang disampaikan, bukan yang menyampaikan. Jadi, riset ini bisa menjadi radar dan termometer sekaligus kompas kemana harus kita lakukan,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper