Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pengecatan Ulang Pesawat Kepresidenan Tuai Kritik, Ini Respons Ngabalin

Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Ngabalin mengungkapkan alasan dilakukannya perawatan dan pengecatan ulang terhadap pesawat kepresidenan RI.
Tenaga Ahli Utama Kedeputian IV Bidang Komunikasi Politik dan Diseminasi Informasi KSP Ali Mochtar Ngabalin./Antara
Tenaga Ahli Utama Kedeputian IV Bidang Komunikasi Politik dan Diseminasi Informasi KSP Ali Mochtar Ngabalin./Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Ali Mochtar Ngabalin angkat bicara terkait polemik pengecatan ulang pesawat kepresidenan.

Melalui akun Twitternya, Ngabalin menanggapi kritikan yang disampaikan sejumlah pihak terkait pengecatan ulang pesawat kepresidenan.

"Jadi tidak banyak tokoh, tidak banyak pakar, tidak banyak pemimpin yang mengerti tentang suatu masalah kemudian ngomong ngerocos bebas saja di media sosialnya," kata Ngabalin dalam video yang diunggah melalui akun Twitternya @AliNgabalinNew, Selasa (3/8/2021).

Ngabalin pun mengungkapkan alasan dilakukannya perawatan dan pengecatan ulang terhadap pesawat kepresidenan RI.

"Pesawat kepresidenan ini lebih kurang sudah 7 tahun, sudah sangat lama, jadi harus ada overhaul dan perbaikan besar sekarang. Kalau didapatkan informasi, ada klarifikasi lebih awal kepada kami-kami di sini di Sekretariat Negara atau di Kantor Staf Presiden mungkin tidak sevulgar itu ngomongnya," jelasnya.

Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa pesawat kepresidenan dipakai untuk kepentingan negara sehingga sangat penting untuk dilakukan perawatan secara rutin.

"Ini adalah pesawat kepresidenan yang dipakai untuk kepentingan negara, VVIP sehingga selain ada perbaikan besar, ada overhaul pemeriksaan," ujarnya.

Ngabalin juga menyoroti adanya kritikan terkait perubahan warna pesawat kepresidenan dari semula biru langit menjadi merah putih.

"Saya lihat warna juga jadi pembicaraan di ruang publik. Ada masalahkah dengan warnanya? warna merah putih, warna kebangsaan kita di 17 Agustus," ucap Ngabalin.

Adapun dalam cuitannya itu dia juga menyinggung adanya pihak yang demam berat karena perubahan warna pesawat kepresidenan.

Diberitakan sebelumnya, pengamat penerbangan Alvin Lie mengkritik pengecatan ulang pesawat kepresidenan yang diperkirakan menghabiskan anggaran hingga Rp2,1 miliar.

"Hari gini masih aja foya-foya ubah warna pswt Kepresidenan Biaya cat ulang pswt setara B737-800 berkisar antara USD100ribu sd 150ribu Sekitar Rp1,4M sd Rp2.1M," cuit Alvin, Senin (2/8/2021).

Menanggapi kritikan dari sejumlah pihak, Kepala Sekretariat Presiden, Heru Budi Hartono mengungkapkan pengecatan Pesawat Kepresidenan dari warna biru-putih menjadi merah-putih sudah direncanakan sejak 2019.

Perubahan warna itu, imbuhnya, mengikuti perayaan HUT ke-75 Kemerdekaan Republik Indonesia di tahun 2020.

Proses pengecatan merupakan pekerjaan satu paket dengan Heli Super Puma dan Pesawat RJ yang sudah terlebih dahulu dicat merah-putih.

Heru menuturkan pengecatan ulang BBJ2 baru bisa dilakukan tahun ini karena menyesuaikan interval waktu perawatan rutin yang sudah ditetapkan.

Dia mengatakan alokasi untuk perawatan dan pengecatan pesawat kepresidenan juga sudah ada dalam APBN.

"Perawatan rutin Pesawat BBJ 2 jatuh pada tahun 2021 merupakan perawatan Check C sesuai rekomendasi pabrik, maka tahun ini dilaksanakan perawatan sekaligus pengecatan yang bernuansa Merah Putih sebagaimana telah direncanakan sebelumnya," ujar Heru kepada wartawan istana, Selasa (3/8/2021).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper