Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pengayaan Uranium Berlanjut, Selangkah Lagi Iran Kuasai Senjata Nuklir

Sejak mantan Presiden AS Donald Trump menarik diri dari perjanjian Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA) pada tahun 2018 secara sepihak, Iran secara bertahap telah melanggar pembatasan nuklir.
Petugas keamanan berdiri di depan pembangkit listrik tenaga nuklir di Bushehr, sekitar 1.200 kilometer (km) selatan Teheran, Iran, Sabtu (21/8/2010)./Reuters-Raheb Homavandi
Petugas keamanan berdiri di depan pembangkit listrik tenaga nuklir di Bushehr, sekitar 1.200 kilometer (km) selatan Teheran, Iran, Sabtu (21/8/2010)./Reuters-Raheb Homavandi

Bisnis.com, JAKARTA - Badan Energi Atom Internasional (IAEA) melaporkan kemarin, bahwa Iran berencana memperkaya uranium hingga 20 persen di tengah keraguan pembicaraan di Wina akan mampu menghidupkan kembali rencana aksi komprehensif bersama soal nuklir.

Langkah itu membawa Iran selangkah lebih dekat untuk mengembangkan bahan yang dapat digunakan untuk membuat senjata nuklir.

"Hal ini mengkhawatirkan karena Iran memilih untuk meningkatkan komitmen terutama dengan eksperimen yang memiliki nilai untuk penelitian senjata nuklir," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Ned Price seperti dikutip Aljazeera.com, Rabu (7/7/2021).

Dia mengatakan, bahwa perkembangan itu merupakan langkah mundur yang tidak menguntungkan bagi Iran, terutama ketika pihaknya menunjukkan niat tulus dan kesediaan untuk kembali pada kesepakatan semula.

Sejak mantan Presiden AS Donald Trump menarik diri dari perjanjian Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA) pada tahun 2018 secara sepihak, Iran secara bertahap telah melanggar pembatasan nuklir.

Sementara itu, Jerman, Prancis dan Inggris juga menyuarakan "keprihatinan besar" dengan menyatakan dalam sebuah pernyataan bersama bahwa Iran "mengancam hasil yang baik dari pembicaraan di Wina".

“Iran tidak memiliki kebutuhan sipil yang kredibel untuk riset dan pengembangan serta produksi logam uranium, yang merupakan langkah kunci dalam pengembangan senjata nuklir,” menurut pihak Inggris, Prancis, dan Jerman dalam sebuah pernyataan bersama.

Disebutkan bahwa, ketiga mendesak Iran untuk menghentikan semua kegiatan yang melanggar JCPOA, tanpa penundaan dan kembali ke negosiasi di Wina dengan maksud untuk segera mencapai kesepakatan," tambah pernyataan itu.

Pembicaraan di Wina bertujuan untuk membawa AS di bawah Presiden AS Joe Biden kembali ke JCPOA.

Biden telah menyatakan kesiapannya jika persyaratan dipenuhi oleh Iran.

Kesepakatan 2015 bertujuan untuk mencegah Iran mengembangkan senjata nuklir. Akan tetapi, Teheran membantah sedang mencari persenjataan semacam itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper